Kebiasaan Nabi Muhammad S.A.W, yang meningkatkan durasi ibadah dengn ber-i’tikaf di masjid.
Do’a 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan
وَيُسْتَجَابُ لِأَحَدِكُمْ مَا لَمْ يَعْجَلْ، يَقُوْلُ دَعَوْتُ فَلَمْ يُسْتَجَبْ لِي (أَخْرَجَهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ
Artinya: “Doa salah seorang dari kalian akan dikabulkan selagi ia tidak tergesa-gesa untuk dikabulkan dengan mengatakan: aku telah berdoa tapi belum juga dikabulkan” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Amalan dari Hari KE 1 s/d 30 Bulan Ramadhan:
Amalan yang baik dibaca selama bulan ramadhan, menurut dalam buku amalan – Risalah Amaliyah oleh H. M. Qusyairi Hamzah, yaitu sebagai berikut:
Baca Juga:Sering Dijuluki Pemersatu Bangsa, Anastasya Khosasih Tampak Menawan Pakai Baju HitamAsyik! Sekarang Cek Saldo BPNT Bisa Melalui E-Warong
- Amalan yang Baik dibaca pada 10 hari pertama, mulai tanggal 1 s/d 10 Ramadhan :
اللَّهُمَّ ارحمني برحمتك يا أرحم الراحمين
Allahummar hamnii birahmatika yaa Arhamarrahimin
Artinya: Ya Allah kasihilah hamba dengan rahmatmu Wahai Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
- Amalan yang Baik dibaca pada Pada pertengahan atau 10 hari kedua mulai tanggal 11 s/d 20 Ramadhan :
اللهم اغفرلي ذنوبي يارب العالمين
Allahummaghfirli djunubii Yaa Rabbal AlamiinArtinya Ya Allah Ampunilah dosa Hamba Wahai Tuhan Semesta Alam.
- Amalan yang Baik dibaca pada 10 hari terakhir mulai tanggal 21 s/d 30 Bulan Ramadhan :
اللهم اعتقني من النار وادخلني الجنة برحمتك ياارحم الراحمين.
Allahumma’tiqni minannari wa adkhilniljannata birahmatika Ya Arhamarrahimin Artinya Ya Allah jauhkanlah Hamba dari Neraka dan masukkanlah ke surga dengan rahmat-Mu Wahai Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Jadi, alangkah lebih baiknya saat menjelang akhir bulan Ramadhan, kita melakukan ibadah dan amalan, serta paling utama adalah ketiga aman yang telah disebutkan di atas, dan juga do’a hari ke 21 s/d ke 30.
Jika masih phobia ke luar atau ke mesjid sebab masih kondisi pandemi covid 19, maka ber-i’tikaf bisa di rumah,
Merujuk pada pandangan sebagian Ulama Syafi’ie:
“Diperbolehkan i’tikaf di ruangan dalam rumah yang dikhususkan untuk shalat. Hal ini disepadankan dengan prinsip “jika shalat sunnah saja yang paling utama dilakukan di rumah, maka i’tikaf di rumah semestinya bisa dilakukan”. – Wallahu a’lam. (JNI)