Saya pun merasa tak bisa terpisah dengan HP saya, walau HP murah. Tak bisa jauh darinya, melebihi orang-orang terdekat di rumah. Bahkan galau tingkat tinggi, ketika HP tak terbawa atau tak terlihat di depan mata. Bak kehilangan harta yang paling berharga. Padahal ketika, orang terdekat atau sesuatu yang lain tertinggal tak begitu risau. Cukup telphon dan minta di anter via Gosend atau aplikasi lainnya. Selesai sudah urusan.
Medsos di HP yang menjadi jembatan relasi sosial maya, telah menjadi bagian dari diri kita. Dunia medsos seolah menjadi dunia nyata-simulacra. Segala aktivitas sosial, ekonomi, politik, budaya dan relasi sosial, berpindah dalam “genggaman”. Medsos menjadi embrio awal dari metaverse. Walter B Wriston menyebutkan dalam bukunya The Twilight of Sovereignty, teknologi informasi berbasis internet saat ini adalah era dimana, “setiap orang tiba-tiba memiliki akses pada segala hal”. Medsos adalah media paling efektif untuk transfer informasi. Informasi adalah komoditi yang dapat dijual, diberikan, dikopi, diciptakan, disalahartikan, didistorsikan bahkan dicuri. Begitu kata Hammer.
Pada dasarnya, saya dan pengguna gadget adalah komoditas yang potensial. Milyaran orang menjadi komoditas bagi influencer, hanya cukup menjadi followernya. Jadi dimana kedaulatan pribadi ini, ketika kita terikat terhadap informasi dari medsos. Yang belum tentu benar!.(*)
Oleh: Kang Marbawi