Kemitraan Perubahan Iklim Indonesia dan Australia Dorong Peningkatan Investasi Energi Bersih Baru

Kemitraan Perubahan Iklim Indonesia dan Australia Dorong Peningkatan Investasi Energi Bersih Baru
0 Komentar

Jakarta – Permasalahan transisi energi menjadi salah satu topik utama dalam Presidensi G20 Indonesia tahun ini. Pemerintah sendiri sangat serius untuk mewujudkan komitmen Net Zero Emission (NZE) pada 2060, di antaranya melalui kerja sama bilateral mempercepat transisi energi dengan berupaya lebih kuat lagi dalam mitigasi dan pengurangan emisi.

Hal ini juga terungkap dalam pertemuan antara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dengan Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese di Jakarta, Senin (6/06) malam. Pertemuan tersebut termasuk dalam rangkaian acara lawatan pertama PM Anthony ke Indonesia sejak dilantik pada 23 Mei 2022.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga menyampaikan bahwa hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia telah berlangsung lama dan berharap agar hubungan kedua harus lebih dalam daripada sekadar arsitektur saja, namun juga harus membawa kemajuan nyata.

Baca Juga:Menko Airlangga: Indonesia Punya Modal Kuat untuk Menghadapi The Perfect StormAksi Bhabinkamtibmas Desa Cintamekar Diapresiasi Kapolres, Ternyata Ini yang Dilakukannya

“Kepemimpinan PM Anthony ke depannya akan mewakili momen kunci untuk mengeksplorasi peluang baru. Kami mengapresiasi keputusan Anda untuk menghidupkan kembali kemitraan perubahan iklim Australia dengan Indonesia seperti yang diumumkan hari ini. Kita sekarang perlu mengambil tindakan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan bersama dengan membuka miliaran investasi energi bersih,” jelas Menko Airlangga, dalam sambutannya pada acara tersebut, di Jakarta, Senin (06/06).

Roadmap NZE pertama di Indonesia akan segera diluncurkan, didukung oleh International Energy Agency (IEA) Clean Energy Transition Program yang didanai Australia. Berdasarkan analisa IEA, perpindahan Indonesia ke jalur NZE dapat menarik tambahan investasi bersih sebesar US$2 miliar per tahun hingga 2030, dan menciptakan lebih dari 900 ribu lapangan kerja.

“Proyek dengan dampak global dan regional harus menjadi inti dari jalur Indonesia menuju NZE. Kami menyambut baik proyek hidrogen hijau Australia di Indonesia untuk siap tahun ini. Solusi cerdas yang dipimpin oleh industri juga harus mendorong upaya bersama menuju rantai pasok yang lebih tangguh,” ujar Menko Airlangga.

Australia juga dapat mempertimbangkan untuk berkontribusi pada Mekanisme Transisi Energi Asian Development Bank (ADB) yang baru antara lain mempercepat pilot project Carbon Capture, Utilizaton and Storage (CCUS), dan pemanfaatan amonia di pembangkit listrik tenaga batu bara.

0 Komentar