SUBANG-Daerah Aliran Sungai (DAS) Cipunagara mengalir melintasi Tiga Kabupaten yaitu Subang, Sumedang dan Indramayu, memiliki panjang sekitar 147 km dan luas sekitar 1.280 km2. Hal tersebut, menjadikan DAS Cipunagara sebagai salah satu DAS besar di Jawa Barat.
Hulu DAS Cipunagara berada di Subang Bagian Selatan, mayoritas di Kecamatan Ciater. Untuk tetap menjaga kondisi dan fungsi DAS Cipunagara, dibutuhkan kerjasama multipihak. PT Tirta Investama Pabrik Subang merupakan salah satu stakeholder yang menaruh perhatian terhadap keberlanjutan DAS Cipunagara.
Desa Ramah Air Hujan (DeRAH) merupakan konsep yang dikembangkan oleh Aqua Subang dan Yayasan Javlec Indonesia, dalam mengatasi permasalahan sumber daya air di hulu DAS Cipunagara. Tahun 2022, terdapat 5 desa yang menjadi percontohan lanjutan desa ramah air hujan, yaitu Desa Palasari, Nagrak, Cibitung, Cibeusi dan Desa Sanca di Kecamatan Ciater.
Baca Juga:Atasi Penghapusan Guru Honorer, Disdikbud Siapkan Solusi Skema Manajeman Berbasis SekolahHasil Tes Urine, Hakim Hingga Pegawai Pengadilan Negeri Subang Negatif Gunakan Narkoba
Plant Manager PT Tirta Investama Pabrik Subang, Dwi Nofriyadi mengatakan, dalam kegiatan operasionalnya, Aqua memiliki komitmen ganda untuk menjaga keseimbangan antara keberlangsungan bisnis dari sisi finansial dan keberhasilan sosial lingkungannya. Komitmen tersebut diwujudkan melalui Aqua Lestari sebagai acuan program Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) yang berkelanjutan.
“Sosialisasi program DeRAH, merupakan kegiatan awal dengan melibatkan pemerintah desa setempat, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), tokoh masyarakat, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), Karang Taruna, Badan Usaha Milik Desa, Kelompok Tani, masyarakat, dan perwakilan CSR PT Tirta Investama Pabrik Subang,” katanya.
Pada kegiatan sosialisasi ini disampaikan detail rangkaian Program DeRAH di 5 desa yang dilakukan mulai Bulan April sampai dengan November tahun 2022. “Antara lain kegiatan teknik fisik konservasi berupa penanaman 5.000 tanaman jenis Multi Purpose Trees Species (MPTS), pembuatan 20 sumur resapan, pembuatan 200 rorak, perawatan 56 sumur resapan, dan perawatan 1.500 rorak dengan melibatkan kelompok-kelompok masyarakat setempat,” paparnya.
Selain kegiatan fisik konservasi, direncanakan juga kegiatan pengembangan ekonomi dengan memanfaatkan jasa lingkungan. Antara lain mendorong usaha budidaya lebah madu pada Kelompok Sabanda Sariksa Desa Cibeusi. Pengembangan usaha agroforestry di lahan kas Desa Sanca di Kampung Banceuy.
Pendampingan kelompok konservasi juga dilakukan dalam rangkaian program DeRAH, yaitu pendampingan usaha pembibitan tanaman di kelompok lingkungan hidup Desa Palasari dan Kampung Banceuy. Pendampingan pada Lembaga masyarakat desa hutan, dan pendampingan green school SMK Tri Yasa Desa Cibitung dan SMPN I Ciater Desa Palasari.