Ia pun mengajak kaum ibu muda untuk memahami persoalan stunting. Hal ini demi mencegah terjadinya stunting pada anak. “Yuk ibu-ibu muda, kita pahami tentang stunting agar generasi penerus bangsa ini menjadi sumberdaya manusia yang berkualitas,” tukasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbanda) KBB, Ase Wahyu mengatakan prevalensi stunting di Kabupaten Bandung Barat
berdasarkan e-PPGBM pada tahun 2019= 7,60 persen, tahun 2020= 13,76 persen
dan tahun 2021= 9,54 persen. Sedangkan menurut SSGI pada tahun 2021=29,6 persen. “Target prevalensi sunting yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat adalah sebesar 14% pada tahun 2024,” kata Asep.
Kondisi Stunting di KBB
1. Prevalensi Stunting berdasarkan e-PPGBM:
– Tahun 2019= 7,60%
-Tahun 2020= 13,76%
-Tahun 2021= 9,54%
2. Prevalensi Stunting berdasarkan SSGI Tahun 2021= 29,6%
3. Target Prevalensi Stunting yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat adalah sebesar 14% pada tahun 2024.
Baca Juga:15 Tahun Kabupaten Bandung Barat, Momentum Pemulihan Ekonomi Bangkit dari Pandemi Covid-19Belajar Sampai Kelulusan di Kontrakan, Akibat SMK Farmasi Bima Nusantara Disegel
Dia menjelaskan setiap tahunnya Pemerintah Daerah menetapkan Lokus Stunting, pada tahun 2021 dan 2022 sebanyak 20 Lokus. Adapun Lokus Stunting diberikan bantuan keuangan khusus untuk program percepatan penurunan stunting.
Selain itu Pemerintah Daerah bersinergi dengan lembaga dan organisasi non Pemerintahan atau kemasyarakatan dalam percepatan penurunan stunting
seperti bekerjasama dengan BISA yang sudah terjalin sejak 2020. “Lokus Program BISA di Kabupaten Bandung Barat terdiri dari
13 Puskesmas, 20 Desa, 40 SMP/MTs dan 69 SMA/MA,” ungkapnya.
Asep menambahkan ruang lingkup kegiatan BISA meliputi berbagai program seperti Komunikasi Perubahan Sosial dan Perilaku yang berfokus pada peningkatan gizi ibu, bayi, dan anak usia dini serta remaja. Penyedia layanan kesehatan, pemberian dan meningkatkan akses dan penggunaan TTD untuk ibu hamil dan remaja putri hamil, suplementasi vitamin A,
penggunaan oralit dan zink untuk balita diare, dan konseling untuk ibu hamil dan menyusui, remaja putri
dan pengasuh.
Selain itu, bantuan teknis kepada Pemerintah Kabupaten untuk meningkatkan alokasi dan efektivitas penggunaan dana dan sumber daya manusia.
Sementara, kegiatan Nutrition International yang sudah dilaksanakan di Kabupaten Bandung Barat
diantaramya, Workshop Program TTD Remaja Putri bagi Puskesmas dan Sekolah, Peningkatan Kapasitas Petugas Puskesmas dan Guru (17 Petugas Puskesmas dan 79 Guru Sekolah), Orientasi Pencatatan dan Pelaporan Program TTD Remaja Putri Bagi Guru UKS Tingkat SMP/sederajat dan SMA/sederajat, Pelatihan bagi Petugas Puskesmas dalam Manajemen Rantai Pasok Komoditas Gizi (39 TPG, pengelola program diare dan farmasi puskesmas), serta Pendampingan Program Diare di seluruh Puskesmas.