JAKARTA-Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kemendikbudristek Iwan Syahril mengatakan pandemi COVID-19 telah memperparah krisis pembelajaran,
“Pandemi telah memperparah krisis pembelajaran yang memang sebelumnya telah ada. Terutama pada kelompok-kelompok rentan yang berisiko mengalami kehilangan kesempatan belajar,” ujar Iwan dalam diskusi secara virtual yang dipantau di Jakarta, Kamis (7/7).
Dia menambahkan pandemi tersebut telah membuat. sekolah-sekolah ditutup dan menyebabkan 1,6 miliar siswa terkena dampak. Sebagian besar negara di dunia menerapkan pendidikan jarak jauh, akan tetapi sebagian juga terkendala infrastruktur.
Oleh karenanya, lanjut dia, perlu upaya mengendalikan risiko secara bersama-sama.
Baca Juga:Mengenal Kurikulum Merdeka Belajar, Pengertian, Keunggulan dan Perbedaannya dengan Kurikulum 2013Imbas Kasus Pencabulan, Kemenag Cabut Izin Pesantren Shiddiqiyyah Jombang
Zhang menjelaskan pembelajaran tatap muka memang sangat penting dalam proses pembelajaran siswa. Oleh karenanya, pihaknya di Australia berusaha mendorong agar sekolah yang tutup pertama kali diprioritaskan lebih dahulu melakukan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
“Ini merupakan hal yang penting bagi sekolah agar dapat keluar dari situasi COVID-19. Bahkan Pemerintah Federal juga menyediakan dana tambahan untuk membantu menyediakan sarana dan prasarana protokol kesehatan,” terang Zhang lagi.
Meski demikian sebagian besar sekolah ditutup saat pandemi, lanjut dia, sistem pendidikan di Australia telah menunjukkan ketahanan dan kelincahan dalam menghadapi masa krisis.
“Bahkan dari hasil ujian nasional, hasilnya sama baiknya dengan tahun-tahun sebelumnya,” kata Zhang.(antara/ysp)