SUBANG-Perang antara Rusia dan Ukraina berpengaruh terhadap kegiatan perusahaan yang bergerak di bidang garment. Khususnya bagi perusahaan yang buyernya berasal dari sebagian wilayah Eropa.
Dampak perang itu dirasakan oleh sejumlah perusahaan di Subang. Bahkan ada perusahaan yang terpaksa harus merumahkan karyawannya.
Manager Complaince PT Kwanglim YH Indah Naryo mengatakan, kondisi drop order sudah terjadi semenjak dua bulan yang lalu. Meski begitu manajeman terus berupaya agar operasional tetap berjalan.
Baca Juga:Sartonih Ajak Nasabah BRI Aktif Transaksi dan Tingkatkan SaldoSambut Tahun Ajaran Baru, Toko Alat Tulis Diserbu
Owner PT Kwanglim YH Indah sampai turun tangan untuk mendapatkan upaya order ke kampung halamannya di luar negeri.
“Owner pabrik pun sampai turun tangan, agar pabrik bisa bertahan,” katanya.
Naryo menyampaikan, kondisi yang menimpa pabrik Kwanglim tersebut dikarenakan perang antar Rusia-Ukraina. Sejauh ini hasil produksi pabrik diekspor ke negara-negara Eropa, sehingga ketika perang otomatis menjadi terganggu.
Akibat itu, perusahaan pun merumahkan sebanyak 50 persen karyawan dari total 1700 orang. “Sudah ada survei dari Disnakertrans Subang, intinya kami juga kesulitan ketika drop order terjadi,” ujarnya.
Pengantar kerja Disnakertrans Subang Caswin mengaku sudah menerima banyak laporan dari perusahaan berkaitan dengan dampak perang. Beberapa perusahan melaporkan order yang minim.
Presiden Konferderesi serikat pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkap ancaman PHK tidak hanya menjadi permasalahan di Eropa, tapi juga di Indonesia karena memang luasnya dampak ekonomi yang disebabkan konflik Rusia – Ukraina.Bukan hanya kenaikan biaya produksi tapi juga membuat harga berbagai komoditas pangan juga ikut melambung.
“Kami meminta secara resmi agar pemerintah Indonesia dan DPR RI mengadakan rapat bersama untuk mengeluarkan sikap yang tegas, perang ini berimbas ke serikat buruh dan buruh di Indonesia,” bebernya.(ygo/ysp)