Catatan Harian Dahlan Iskan: Single Image

Kompolnas akan memeriksa saksi dan petugas PCR untuk menguji alibi Irjen Ferdy Sambo yang mengaku tidak berada di lokasi saat terjadi pelecehan terhadap istrinya dan saat baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E. --
Kompolnas akan memeriksa saksi dan petugas PCR untuk menguji alibi Irjen Ferdy Sambo yang mengaku tidak berada di lokasi saat terjadi pelecehan terhadap istrinya dan saat baku tembak antara Brigadir J dan Bharada E. --
0 Komentar

Permintaan itu langsung disampaikan ke Kapolda Jambi Irjen Pol A Rachmad Wibowo. Yakni saat Kapolda berbelasungkawa ke rumah duka di Desa Suka Makmur.

Saat itu hari pertama setelah mayat tiba. Kapolda datang secara pribadi. Kapolda menyetujui. Ia bilang akan membantu memindahkan sang adik. “Sekarang keluarga kami tenang,” katanya.

Jenazah Yosua sendiri tiba di kampung Suka Makmur tanggal 9 Juli. Berarti sehari  setelah ia tewas.

Baca Juga:Cegah Hoax, Kang Hengki: Pojok Baca Digital Bangun Literasi MasyarakatMobil Perpusling Bermanfaat Tingkatkan Literasi Masyarakat

Waktu jenazah tiba ayah-ibu-adik-kakak Joshua tidak ada di rumah. Mereka masih dalam perjalanan jauh dari Padang Sidempuan, Sumut.

Jenazah tiba sekitar jam 15.00. Ayah-ibu-adik-kakak baru tiba tiga atau empat jam kemudian

Tiga hari sebelum hari duka itu keluarga memang melakukan perjalanan ke Sumut. Mereka pakai mobil Rush hitam milik sendiri.

Tujuan pertama mereka ke Silangit, dekat Danau Toba. Jauh sekali. Lebih 25 jam perjalanan. Mereka ke makam kakek-nenek Joshua dari pihak ibu.

Dari Silangit mereka ke Padang Sidempuan. Tujuh jam perjalanan. Mereka ke makam kakek-nenek Yosua dari pihak ayah.

Di wilayah barat Sumut itu mereka juga mengadakan kebaktian. Di tengah kebaktian itulah kakak sulung Yosua menerima telepon dari adiknyi di Jakarta. Itulah telepon duka:  Yosua meninggal.

Si sulung menjawil badan Sang ayah. Agar Sang ayah mau menerima telepon dari Jakarta. “Ada berita duka,” ujarnyi.

Baca Juga:Anggaran Penanganan Covid-19 Tak melalui MusdesusTerduga Pencuri Hewan di Wanayasa Purwakarta Nyaris Dihakimi Massa

Sang ayah lagi khusyuk kebaktian. “Nanti saja. Masih kebaktian,” ujar Samuel, sang ayah, tanpa memahami itu soal nasib anaknya.

Sesaat kemudian ganti adik bungsu yang menjawil Sang ayah. “Terima telepon ini. Yosua meninggal,” ujar si bungsu.

Kebaktian pun diakhiri. Mereka langsung naik mobil kembali ke Jambi. Perjalanan yang amat jauh. Mereka tidak sempat menyambut jenazah di bandara Jambi. Bahkan telat pula sampai rumah. Perjalanan itu memakan waktu hampir 20 jam.

Setelah sampai rumah keluarga ingin segera membuka peti jenazah.

“Ada anggota Polri yang menyampaikan ke kami peti jenazah tak boleh dibuka,” katanya kepada Andri Brilliant Avolda, wartawan Jambi Ekspres, grup Disway.

Namun Samuel ngotot. Ia cari alasan: untuk menambah formalin. Agar tidak cepat busuk.

0 Komentar