Tentu hanya pabrik-pabrik besar yang mau masuk sistem itu. Yang punya atap luas. Yang bayar listrik ke PLN-nya dalam jumlah besar. Menghemat listrik 10 persen terasa besar.
Perusahaan start up seperti itu belum akan bisa masuk ke rumah tangga. Tarif listrik PLN di rumah tangga sangat rendah. Pun setelah dinaikkan baru-baru ini.
Start up sehebat apa pun tidak akan bisa menawarkan tarif lebih murah dari PLN. Sama pun tidak bisa. Harus lebih mahal yang amat sangat.
Baca Juga:Festive Walk Galuh Mas Karawang Hadirkan Wahana Horror Drive Thru Alas RobanJemaah Haji Positif Covid-19 Tak Bisa Pulang, Pulang dari Mekkah Langsung Jalani Test Swab
Dengan model itu banyak pabrik yang mulai menggunakan solar cell. Yang penting mulai terbiasa. Sama-sama bisa belajar: produsen dan konsumennya.
Start up seperti itu penting meski diri mereka sendiri harus terus-menerus membakar uang. Mereka harus pintar cari sumber dana. Terutama harus pintar meyakinkan mereka. Toh bisa ditawarkan exit strateginya: IPO di ujung sana.
Karena itu masuk ke kategori perusahaan teknologi jadi pilihan. Itulah yang laku di pasar uang. Isinya boleh apa saja. Persewaan atau pun atap. Yang penting dibungkus teknologi. Kali ini bungkus lebih penting dari isi. (Dahlan Iskan)