Parasite

Kang Marbawi
0 Komentar

Dampak dari Korean wave pun melanda, anak-anak usia sekolah, mahasiswa pun ibu-ibu di rumah. Mereka memiliki kecendrungan untuk mengidolakan artis-artis Korea. Lebih kenal kuliner, film, dan musik made in Korea. Sementara budaya lokal mulai teronggok di pojok rumah. Berdebu dan tak terjamah oleh kreativitas atau kebijakan.

Padahal, tahun 1956 Ki Hajar Dewantoro telah mewanti-wanti dalam wasiatnya. Wasiat itu disampaikan ketika menerima gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada Dies Natalis  VII, 19 Desember 1956.

Wasiat itu berbunyi:

“Janganlah sekali­-kali orang mengira bahwa kita harus menolak pengaruh­ pengaruh kultural dari dunia luar umumnya dunia barat khususnya. Jangan sekali­-kali! Sebaliknya janganlah kita memasukkan bentuk, isi, dan irama dari luar yang tidak perlu. Dalam hal ini kita perlu menunjukkan kepada dunia, bahwa kita cukup bebas dan merdeka serta berdaulat, untuk memilih sendiri segala apa yang kita perlukan. Indonesia bukan Nederland, bukan Inggris, Amerika. Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Makasar, Medan, Padang …… bukan Amsterdam, Leiden, Utrecht, Groningen, bukan juga London, Cambridge, bukan juga kota­ kota Universitas Amerika. Memang benar, kita harus meniru segala apa yang baik dari negeri manapun. Ambillah sifat­-sifat dasar yang ada di seluruh dunia, yang dapat mengembangkan dan memperkaya kebudayaan nasional kita. Sebaliknya rakyat kita harus berani, sanggup dan mampu untuk mewujudkan bentuk sendiri, isi sendiri, irama sendiri, seperti yang layak boleh diharapkan dari bangsa yang telah memasuki Dunia Internasional, tetapi sebagai Bangsa yang Berpribadi.” Mari kita renungkan….. (*)

OLEH: Kang Marbawi

 

Laman:

1 2
0 Komentar