Maulid Nabi; Membumikan Akhlak Kepemimpinan Rasulullah

Maulid Nabi; Membumikan Akhlak Kepemimpinan Rasulullah
Maulid Nabi; Membumikan Akhlak Kepemimpinan Rasulullah
0 Komentar

George Bernard Shaw cukup beralasan karena fola dan akhlak kepemimpinan sekarang  lebih banyak menuntut (getting) bukan memberi (giving), menikmati (senang-senang) bukan melayani (susah-payah), dan banyak mengumbar janji, bukan memberi bukti.

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (9:128).

Pertama; sense of crisis, benar-benar merasakan penderitaan rakyat. yaitu kepekaan atas kesulitan rakyat yang ditunjukkan dengan kemampuan berempati dan simpati kepada pihak-pihak yang kurang beruntung. Empati sering didefinisikan sebagai kemauan seseorang untuk mengidentifikasi diri dengan orang lain, berbagi akan persfektif dan perasaan mereka dengan seakan-akan mengalaminya sendiri.  Kedua; sense of achievement, sangat menginginkan kesejahteraan rakyat, yaitu semangat mengebu-gebu agar masyarakat dan bangsa meraih kemajuan, menumbuhkan harapan dan membuat peta jalan politik menuju cita-cita dan harapan itu. Ketiga; penyayang terhadap rakyat. “Orang yang tak memiliki kasih sayang, tak bisa diharap kebaikan darinya.” Sabda Rosulullah.

Baca Juga:Intan Lembata Nyanyi Begitu Syulit Lupakan Ridwan, Ridwan Kamil MeresponsJabar Kick Out Rabies 2022, Pemprov Jabar Sediakan 55 Ribu Vaksin Rabies Gratis

Sejatinya akhlak yang dicontohkan oleh Rosulullah menjadi panglima dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. “Jadikan ini tikar untuk tempat dudukmu” pinta Rosululah SAW ketika salah seorang sahabatnya, Abdullah Al-Bajaliy terlambat datang di majlis beliau dan tidak kebagian tempat duduk. Rosul menghamparkan gamisnya dengan tangannya sendiri. Abdullah Al-Bajali tidak mendudukinya. Dia mencium baju Nabi dengan linangan air mata, “Ya Rosul Alloh, semoga Alloh memuliakanmu sebagaimana anda telah memuliakanku”. Mendengar jawaban itu Nabi hanya tersenyum.

Tentu, pragmen kisah diatas tidaklah cukup untuk mewakili indahnya akhlak Rosul. “Ah, semua bagian prilaku rosul mempesonakan” ujar A’isyah ketika di tanya oleh Abdullah bin Umar tentang akhlak Rosulullah. “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan keutamaan Akhlak” ucap Nabi diberbagai kesempatan didepan para sahabatnya.

Wallahu a’lam bis-showab. (Jejen Mujiburohman, Anggota ICMI Kab. Subang)

0 Komentar