Kekuatan bersenjata, jika berada di tangan yang salah akan rentan terhadap pembengkokan untuk membenarkan atau bahkan memberikan dorongan terhadap tindakan kekerasan. Kekerasan oknum aparat terinspirasi oleh kerasnya pendidikan dan latihan yang ditempuh untuk mempersiapkan fisik dan mental dalam menghadapi tantangan tugas yang berat.
Biasanya muncul ketika keyakinan yang mendefinisikan identitas kelompok secara mendasar ditantang, semacam pembalasan oleh komunitas in-group terhadap komunitas out-group.
Pada situasi ketidakpastian seperti sekarang ini, figur Pimpinan diharapkan seyogyanya menawarkan penangkal penting guna mencegah kekerasan, menawarkan prinsip-prinsip pokok kearifan dan tanpa pamrih yang mendorong harmoni sosial.
Baca Juga:Bakti Nuswantara Jalankan Program Ketahanan Pangan di Subang, Akan Jadi Percontohan Daerah LainPGRI Cabang Subang Siapkan Seabrek Program Jelang Akhir Tahun, Tumbuhkan Kebersamaan dan Kompetensi Guru
Saat ini penyebaran nilai empati, kasih sayang, pengampunan, dan altruisme lebih dibutuhkan. Upaya-upaya untuk mengembangkan kesabaran, toleransi, pemahaman, dialog, dan rekonsiliasi lebih penting daripada polarisasi primordial dan anonimitas berbahaya yang kini banyak disediakan media sosial.
Salah seorang psikolog paling terkenal dalam studi emosi, Ekman berpendapat bahwa kelembutan ialah emosi dasar yang sering kita abaikan. Padahal, dengan kelembutan, kepedulian, kasih sayang, empati, dan keakraban dapat secara bersama-sama memberikan rasa aman dan perhatian. Kelembutan lebih terkait dengan tindakan memberi dan merupakan ekspresi cinta yang paling autentik.
Sebuah kasih tulus yang tidak membedakan suku, ras, dan agama. Dengan kelembutan, ekspresi kasih menjadi semakin bermakna, terbebas dari beban-beban masa lalu, atau kepentingan pragmatis sesaat.
Kelembutan perlu terus diekspresikan dalam berbagai kesempatan, kelembutan pada hakikatnya ialah kedekatan tanpa pamrih. Bagaimana mewujudkan perasaan dekat satu sama lain, semacam keinginan untuk menikmati bahasa kasih dan menyenangkan hati orang lain. Mari kita ganti benci dengan cinta. Benci hanya melahirkan amarah, sementara cinta memunculkan kelembutan dan rasa kasih.
Panglima Besar Sudirman berhati lembut, selalu mengajak ke jalan Tuhan Yang Maha Kuasa dengan kehalusan budi, bukan dengan kekerasan dan sumpah serapah yang menyakitkan hati. Inilah jati diri TNI sebagai prajurit rakyat dan prajurit pejuang yang menyebarkan segala kebaikan tanpa pamrih.
Selain isu kekerasan, ditengarai fenomena pengaruh kepentingan politik menjelang pesta demokrasi tahun 2024 akan kerap terjadi. Pemilu yang akan datang memberikan peluang munculnya pimpinan nasional yang baru, apakah calon pimpinan nasional tersebut berlatar belakang TNI atau sipil.