Nasional – Kepala Badan Standar Kurikulum dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Anindito Aditomo mengatakan tujuan besar program Merdeka Belajar mewujudkan pendidikan yang berkualitas sehingga peserta didik lebih kompeten dan berkarakter.
“Pendidikan berkualitas adalah memastikan peserta didik mengalami kemajuan belajar sehingga lebih kompeten dan berkarakter,” ucapnya dalam webinar bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) bertema “Tren Pendidikan Masa Depan: Peluang dan Tantangan” diikuti di Jakarta, Selasa (4/10).
Ia menjelaskan hal ini merupakan tujuan dalam kebijakan pendidikan yang juga termasuk dalam Sutainable Development Goals (SDGs) keempat, yaitu pendidikan berkualitas yang adil bagi semua.
Baca Juga:Apresiasi Pengabdi di PTKI, Kemenag Buka Seleksi Pengabdian Terbaik 2022Sambut HUT TNI, Kodim 0604 Ziarah Nasional
Pendidikan berkualitas berfokus pada pengembangan kompetensi dasar dan karakter siswa, dalam hal ini Kemendikbudristek merumuskan dalam Profil Pelajar Pancasila.
“Kita punya rumusan namanya Profil Pelajar Pancasila, itu merupakan dimensi dari kompetensi dasar dan karakter yang ingin kita tumbuh kembangkan melalui pendidikan,” jelasnya.
Selanjutnya, Anindito menjelaskan aspek kedua dari tujuan Merdeka Belajar adalah keadilan, yaitu kesempatan menikmati pendidikan berkualitas harus dirasakan oleh semua murid.
“Terlepas dari mana dia tinggal di Indonesia, terlepas dari agama, latar belakang budaya, dan sosial ekonomi dia,” ucapnya.
Mantan peneliti Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) ini, mengatakan alasan Kemendikbudristek memfokuskan pada pengembangan kompetensi dasar dan karakter karena pendidikan di Indonesia sudah lama mengalami krisis belajar dan tidak membaik dari tahun ke tahun.
Dari data PISA (Programme for International Student Assessment) yang ia kutip, sampai 20 tahun terakhir menunjukkan kecakapan dasar seperti kemampuan memahami bacaan, kemampuan menyelesaikan problem menggunakan matematika sederhana dan kemampuan menalar secara ilmiah, hasilnya masih stagnan.
“Hanya sekitar 30 persen siswa kita yang memenuhi standar minimun kemampuan membaca, problem solving matematika dan literasi sains. Itu tidak bergerak sejak 20 tahun terakhir. Setelah pandemi krisis belajar menjadi semakin parah,” ucapnya.
Baca Juga:Jumlah Kecelakaan di Karawang Meningkat 38,06 Persen 32 Orang Meninggal, 298 Luka-luka6 Drama Korea yang Dibintangi oleh Bae Suzy, Tak Kalah Seru dari Vagabond!
Kurikulum Merdeka memiliki tiga kelebihan yang dapat mendukung pemulihan dari krisis belajar yaitu fokus pada materi esensial, pembelajaran berbasis pengembangan karakter dan soft skill, dan guru lebih fleksibel dalam melakukan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan murid.