Kampung di Dua Desa Purwakarta Rawan Pergerakan Tanah, BPBD: Tak Layak Jadi Pemukiman Warga

RAWAN PERGESERAN: BPBD Kabupaten Purwakarta menyebutkan beberapa kampung di dua desa di Kabupaten Purwakarta rawan pergerakan tanah sehingga tidak layak huni.ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRESĀ 
RAWAN PERGESERAN: BPBD Kabupaten Purwakarta menyebutkan beberapa kampung di dua desa di Kabupaten Purwakarta rawan pergerakan tanah sehingga tidak layak huni.ADAM SUMARTO/PASUNDAN EKSPRESĀ 
0 Komentar

PURWAKARTA-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta menyebutkan beberapa kampung di dua desa di Kabupaten Purwakarta rawan pergerakan tanah, sehingga tak layak untuk dijadikan pemukiman penduduk.

Kepala BPBD Kabupaten Purwakarta, Yuddy Herdiana mengatakan, dari hasil asesmen jajarannya, potensi pergeseran tanah dikarenakan wilayah tersebut berada di antara pertemuan dua sesar atau patahan yang rentan akan pergeseran tanah.

“Yang paling diantisipasi itu di antaranya di Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru. Serta, beberapa kampung di Desa Panyindangan, Kecamatan Sukatani,” kata Yuddy kepada wartawan, Selasa (4/10).

Baca Juga:Ayam Geprek Siakang Subang, Pedas Gurih! Memikat Hati dan Lidah Banyak OrangBanjir di Lembang, Anggarkan Rp 100 Miliar untuk Penataan Normalisasi Drainase dan Perbaikan Trotoar

Dijelaskan Yuddy, daerah itu merupakan pertemuan antara sesar Lembang dan sesar Baribis yang membentang hingga daerah Tangerang.

“Jadi, hasil kajian kami bersama Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi menyatakan jika wilayah ini tidak layak dihuni karena sangat rawan pergerakan,” ujarnya.

Yuddy menambahkan, pergerakan tanah di wilayah tersebut, terutama di Kampung Cirangkong Desa Pasanggarahan, memang kerap terjadi. Apalagi, di saat intensitas hujan mulai menunjukan peningkatan. Karena itu, saat ini pihaknya pun harus ekstra waspada sehingga hal-hal yang tidak diinginkan bisa diantisipasi sedini mungkin.

“Dari data yang ada pada kami, sejak 2019, 2020 dan 2021 juga sempat terjadi pergeseran tanah. Puncaknya, di 2021 yang menyebabkan sedikitnya 11 rumah hancur, 48 rumah rusak berat, serta 12 rumah yang rusak ringan,” ucap dia.

Adapun pada 2022 ini, kejadian tersebut juga kembali terulang. Tepatnya, pada awal Juni lalu hingga mengakibatkan 21 rumah yang mengalami kerusakan. Tak hanya itu, akibat pergeseran tanah ini, jalan desa di wilayah itu juga terputus dan tak lagi bisa dilalui kendaraan.

“Tahun ini kami juga sudah melakukan asesmen. Kami tegaskan, Kampung Cirangkong memang yang paling rawan, khususnya di dua RT. Kami juga sudah menyampaikan jika lingkungan mereka tidak layak lagi untuk ditinggali,” kata dia.

Disebutkan Yuddy, saat ini pemerintah juga sedang berupaya untuk merelokasi warga di kampung itu ke tempat yang lebih aman. Ada salah satu wilayah yang telah dipilih, yakni tetangga kampung yang masih satu desa. Adapun relokasinya, dilakukan secara bertahap.

0 Komentar