Akang dan Ambu dalam Perspektif Politik Purwakarta

Akang dan Ambu dalam Perspektif Politik Purwakarta
Bupati Purwakarta Anne Ratna Mustika saat menghadiri sidang perdana gugat cerai terhadap Dedi Mulyadi.
0 Komentar

Susuhunan Ambu adalah seorang yang dimuliakan atau juga biasa disebut Ratu Ibu atau Dewi Ibu. Yang jelas Ambu memiliki kedudukan yang lebih tinggi dibanding akang. Ini menunjukkan Ambu tidak mau disubordinasi dan didominasi oleh suaminya.

Menurut hemat saya ini merupakan bentuk perlawanan Anne pada DM. (Walaupun mungkin tidak, karena jangan-jangan ide ini pun muncul dari DM).

Bentuk perlawanan Anne sesungguhnya tidak atau belum maksimal karena Anne tahu dan sadar bahwa dirinya jadi Bupati juga atas jasa besar DM. Perlawanan Anne juga tampak ketika penentuan anggaran terkait anggaran bidang olah raga yang dikelola DM dan jaringannya.

Baca Juga:Potensi Risiko Saat Pendataan Registrasi Sosial Ekonomi, 2.736 Petugas Sensus BPS di Subang Terlindungi JamsostekPeringatan HUT ke-77 TNI, Dandim Subang Sampaikan Ungkapan Terimakasih ke Veteran

Perlawanan Anne pada DM mungkin membuat DM sakit hati atau kecewa sehingga DM melakukan manuver untuk memperingatkan isterinya dalam bidang politik, ini bisa kita saksikan perseteruan DPRD dengan Bupati akhir-akhir ini.

Saya yakin jika Anne tetap sejalan dengan DM tidak mungkin ada yang berani mengkritisi Bupati secara vulgar begitu.

Kekuasaan itu memang sering melupakan orang tentang jati dirinya. Kita lihat dalam sejarah banyak orang saling bunuh antara ayah, anak, isteri dan keluarga lainnya.

Hal ini dapat juga terjadi pada siapapun. Apalagi kita tahu bahwa Anne pernah bilang suaminya sibuk kerja, pulang hanya tidur (https://youtu.be/-A9yhZZUkBQ/ https://deskjabar.pikiran-rakyat.com/jabar).

Kebiasaan DM dalam aktivitas politik memang cukup tinggi, dia melakukan hal tersebut sudah sejak dulu ketika dia masih menjadi anggota DPRD Purwakarta.

Politik atau kekuasaan baginya adalah segalanya. Oleh karena itu seyogyanya kita tetap kritis dalam memilih dan berpihak pada politisi. Banyak hal-hal yang di luar dugaan dan persepsi kita. Politik dalam budaya kita bukan untuk rakyat tapi genggaman kekuasaan.

Istri pertama adalah rakyat dapat diartikan politik adalah segalanya dan isteri di rumah adalah pilihan kedua, jadi kalau tidak mendukung karir politiknya maka selamat tinggal isteri kedua. Semoga dugaan saya tidak tepat dan DM akan rujuk dengan Anne.

Baca Juga:APBD Subang 2023 Diproyeksikan Defisit Lagi, Separuh Belanja untuk Bayar PegawaiRefleksi Jati Diri TNI Sebagai Bhayangkari Negara dan Bangsa

(Tulisan ini dimaksudkan untuk refleksi dan kritik, demi sehatnya demokrasi di Purwakarta. Kekhwatiran saya yaitu hilangnya sikap kritis baik di kalangan aktivis, mahasiswa, LSM, dan lain-lain. Oleh karena itu saya berupaya memantik kawan-kawan dan mahasiswa agar tetap kritis dan berani dalam menyuarakan demokrasi tentu secara santun).(*)

0 Komentar