Sembilan Orang Meninggal Akibat DBD  di Subang

Sembilan Orang Meninggal Akibat DBD  di Subang
0 Komentar

SUBANG-Cuaca yang saat ini tidak menentu, membuat nyamuk aedes agyepti bersarang dan bertelur. Terlebih masyarakat yang memiliki wadah-wadah penampungan air yang tidak terpakai, menjadi sarang penyakit. Sepanjang bulan Januari – Agustus 2022, penyakit DBD membuat Sembilan penderitanya meninggal dunia.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Subang dr Maxi mengatakan, cuaca saat ini harus diwaspadai, terutama hujan. Air hujan bisa tertampung di wadah-wadah yang bisa membuat nyamuk Aedes aegypti berkembang biak. “Saya perlu sampaikan ini, waspada dengan DBD di cuaca saat ini,” ujarnya.

Nyamuk aedes agyepti, Maxi menjelaskan, tidak seperti biasanya, karena senang hidup di air yang permukannya bukan tanah. Seperti ember, kaleng, besi dan lainnya. Masyarakat diharapkan melakukan pengecekan di rumahnya, apakah ada barang barang yang bisa menampung air hujan atau air dari lainnya. Seperti tempat makan burung, talang air untuk AC dan lainnya.

Baca Juga:Neng Supartini Kampanye Hidup Sehat Bareng Komunitas Sepeda Lipat SubangPemuda Pancasila Purwakarta Ultimatum DPD KNPI

“Harus diperiksa. Termasuk di sekolah-sekolah ya. Biasanya, banyak ember dan lainnya. Guru juga harus melakukan pengecekan,” katanya.

Maxi memaparkan, kasus DBD sepanjang bulan Januari – Agustus 2022 ada sebanyak 662 kasus. Dari jumlah kasus tersebut ada Sembilan orang yang meninggal dunia umur dari 4-40 tahun. “Ada Sembilan orang yang meninggal dunia,” katanya.

Dalam Januari- Agustus 2022 tersebut, Dinas Kesehatan melakukan upaya fogging atau pengasapan di sebanyak 50 titik pada 17 kecamatan. Sesuai aturannya, untuk fogging harus ada kasus DBD positif. Ada penyelidikan epidemiologi ada jentik nyamuk tersebut.

“Secara empiris, pada musim pancaroba selalu terjadi peningkatan kasus DBD, hujan, kering, hujan lagi,” katanya.

Maxi menyebut, Dinas Kesehatan konsen terhadap anak-anak sekolah. Pasalnya, anak-anak sangat rentan dengan DBD. Diharapkan para guru selalu mengawasi anak-anak muridnya ketika bermain. “Ini juga harus diperhatikan pihak sekolah,” katanya.

Dijelaskan Maxi, dalam kurun 5 tahun terakhir kasus DBD yang merupakan daerah endemis, banyak terjadi di daerah selatan, Subang Kota, hingga Barat. Bahkan yang di luar prediksi malah daerah pantura, yang mana jarang ditemukan kasus DBD.

“Oleh karena itu, terapkan 3M+, menutup, menguras, pakai lotion nyamuk, pakai kelambu,” tandasnya.(ygo/vry)

0 Komentar