Bukan malah sebaliknya, kita berselisih karena olahraga. Kita tegang gara-gara perseturuan kepentingan di olahraga. Mari kita berdoa untuk tragedi Kanjuruhan. Malang berderai air mata.
Memang segala hal ada sisi politik. Anggaran olahraga lahir karena proses politik. Pemilihan kepengurusan cabor hingga pemilihan Ketua KONI, kental kepentingan politis. Tapi, apakah ada manusia yang tidak berpolitik?
Maka, demi terselenggaranya Porprov yang berkualitas, lepas dan gembira, sudah saatnya elit politik berkumpul dan kompak menyiapkan event olahraga ini. Apalagi Subang jadi tuan rumah. Kita hormati perjuangan pengurus KONI periode sebelumnya yang berhasil meyakinkan banyak pihak bahwa Subang siap jadi tuan rumah.
Baca Juga:Demi Selamatkan Generasi Muda, Komitmen Tolak Peredaran Obat-obatan TerlarangBerikut Jadwal Seleksi Tes Tulis Seleksi Panwaslu Kecamatan di Subang
Kita semua tahu, perdebatan tentang anggaran Porprov juga cukup sengit. Banyak hal yang memicu. Mungkin karena tidak biasanya KONI menerima anggaran sebesar sekarang.
Bisa jadi dipicu pula figur ARD yang memilih maju sebagai bakal calon bupati dari Partai Nasdem. Mungkin ada yang khawatir nuansa politis jadi kental di tubuh KONI.
Ada yang menuduh ARD akan memanfaatkan KONI untuk kepentingan politiknya. Tapi, dari dekat, saya belum merasakan itu. Hasil audit akuntan publik baik-baik saja. Tapi entah suatu saat, kadang di Indonesia sering terjadi: trial by press atau trial by the people power atau abuse of power.
Tapi sempat dalam satu momen, saya mendengar ARD merasa gamang. Ingin mundur sebagai Ketua KONI. Mungkin karena ingin menghindari tuduhan itu. Kemudian para pengurus inti KONI meminta niat itu diurungkan. Tinggal sebentar lagi. Belum tentu ada yang sanggup. Mengurus KONI memang tidak mudah. Toh, nantinya segala teknis di-handle oleh pengurus kontingen. Niat itu diurungkan.
Penting pula kiranya kompak dan solid dengan para pimpinan DPRD. Karena persetujuan merekalah anggaran untuk KONI disetujui. Jika DPRD setuju, makna filosifisnya: rakyat sudah setuju. Sebab 50 anggota dewan itu mewakili 1,5 juta penduduk Subang. Anggaran APBD yang digunakan itu dari rakyat.
“Kami mengundang DPRD Subang untuk kunker ke KONI Subang,” kelakar ARD dalam sebuah diskusi. Maksudnya ingin ditengok, seperti apa KONI sekarang. Agar tidak ada keraguan.