Antara lain lingkungan pesantren sangat mendukung untuk belajar, pembelajaran berjalan 24 jam secara terintegrasi, penggunaan beberapa bahasa asing sebagai bahasa komunikasi, pembinaan akhlak secara kontiny, monitoring kegiatan ibadah, pembelajaran dan keterampilan, figur kepemimpinan kiai sebagai pengasuh, dan pembimbing.
Tantangan Pondok pesantren
Beberapa waktu lalu, ada kasus yang sangat “mengganggu” dengan melibatkan “kesakralan” institusi pesantren akibat ulah oknum pengasuh atau bahkan pemilik pondok pesantren.
Di beberapa wilayah pesantren yang seharusnya menjadi tempat yang aman bagi para santri, Hal ini menjadi tantangan bagi pesantren dimasa kini dan akan datang.
Pesantren adalah lembaga pendidikan yang ramah terhadap anak.
Baca Juga:Kemenag Buka 1.000 Kuota Beasiswa Non GelarKemendikbudristek Hadirkan Tiga Museum Baru di Indonesia
Bahkan pemerintah sedang menggalakan program pesantren ramah anak sebagai usaha untuk menciptakan pesantren dan lingkungan sekitarnya agar dapat membuat anak nyaman, bersih, betah, khusyu’ beribadah, senang belajar, bermain dan berinteraksi. Pesantren Ramah Anak, yaitu mengedepankan bentuk penerapan disiplin tanpa kekerasan melalui komunikasi dan mengajarkan tanggungjawab dan rasa hormat dalam berinteraksi dengan lingkungan.
Setidaknya konsepsi pesantren ramah anak, harus terbangun dari indikator dengan persetujuan secara moral bagi kemaslahatan bersama.
Di antaranya, kebijakan untuk berkomitmen terus mengembangkan lingkungan yang ramah, tenaga pendidik yang berkualitas, menumbuhkan rasa kasih sayang antar sesama, kurikulum dengan materi yang sesuai terhadap kebutuhan dari santri.
Selain itu kegiatan pembelajaran yang mampu mendukung potensi setiap santri, terkhusus dalam strategi pembelajaran yang bervariatif, serta komponen manajemen layanan.
Semua pihak harus berkolaborasi, saling terikat untuk mewujudkan pesantren ramah anak yang sesuai harapan.
Tantangan yang kedua bagi pondok pesantren adalah tantangan terhadap media sosial.
Pondok pesantren dalam era kekinian dituntut untuk terus mengadakan pembaharuan sehingga tetap relevan dengan kondisi kontemporer yang semakin modern, kompleks dan dinamis.
Baca Juga:Destinasi Baru D’Castello Segera Tempuh Proses PerizinanRosman Suganda Siap Pimpin APDESI
Terlebih pada era digital saat ini, ketika hubungan antarmanusia telah melewati batas-batas teretorial negara dalam bidang ekonomi, sosial, teknologi, budaya, industri dan komunikasi.
Di sinilah, pondok pesantren dengan sifat keterbukaannya mau tidak mau, siap tidak siap, harus menerima pengalaman baru, pembaharuan berorientasi kekinian dan kemasadepanan, tanpa meninggalkan identitas utamanya sebagai lembaga pendidikan keislaman.