SUBANG-Kerja keras, ulet dan sabar menjalani proses menuju sukses. Itulah yang dimiliki oleh Latif, seorang pemuda desa yang telah mengenyam ikut merantau ke kota besar, kota metropolitan Jakarta.
Pada akhirnya Latif menjadi pengrajin aluminium yang mandiri membuka usaha sendiri ditemani sang isteri tercintanya.
Saat ini, dia mampu membuat aneka etalase lemari, kusen, rak dan perlengkapan kantor dan rumah tangga, sesuai pesanan dan keinginan konsumennya.
Baca Juga:Kepala Dinkes Subang Imbau Masyarakat Waspada Saat Cuaca Ekstrem, Timbul Berbagai Penyakit Nelayan di Subang Keluhkan Solar Subsidi Langka, Dua Bulan Tak Bisa Melaut
Latif pun menceritakan sebelum dia sukses mandiri. Awalnya dia ikut bekerja bersama saudaranya di daerah Tanjung Priok tepatnya di sekitar Marunda dekat dengan pelelangan ikan dan kampung nelayan selama setahunan.
Dari situ dia belajar autodidak membuat aneka etalase kusen dan lain lain. Dapat gaji Rp40 ribu per hari, ditambah uang makan Rp20 ribu per hari. Total Rp60 ribu per hari
Saat itu Latif masih bujangan belum berkeluarga, gajinya hanya cukup untuk makan rokok lebihnya ditabung, untuk keperluan lainnya.
Selang setahun, kemudian Latif dipindah tugaskan di Haurgeulis Kabupaten Indramayu dari tahun 2012. Disana ia bekerja sekitar 3 tahunan. Saat di Haurgeulis gajinya meningkat dan dapat makan hingga Rp 80 ribu/hari, diterima mingguan.
“Di sini cukup lumayan untuk bujangan, banyak lebihnya, hasilnya pun saya tabung terus,” tuturnya.
Setelah sekiranya cukup untuk modal usaha sendiri, Latif pun memutuskan untuk pulang kampung, dengan niat buka usaha kerajin aluminium di kampungnya. Kampung Sumurama Desa Sumbersari Kecamatan Pagaden Kabupaten Subang.
Namun niatnya itu sempat tak terwujud. Dia disuruh tetap bekerja dan menjadi kepercayaan bosnya.
Baca Juga:Rumah Peradaban SNC di Desa Jalupang Dorong Anak-anak Gemar MembacaDukung Ketahanan Energi Nasional, Kejaksaan Agung Kawal Lima Proyek Strategis Nasional Pertamina EP
Namun rupanya tekadnya sudah bulat, ia bersikeras untuk pulang kampung, buka usaha sendiri, dan karena dia pun sudah beristeri.
Setelah diijinkan pulang kampung, akhirnya Latif membuka usaha mandiri di rumahnya.
Dari situlah, sedikit demi sedikit konsumen terus bertambah dari mulut ke mulut, karena hasil buatanya rapi dan harganya pun cukup hemat di kantong.
“Ya dari mulut ke mulut, sampai konsumen datang ke rumah saya, pesan etalase dan lain lain,” ujar Latif bapak satu anak ini.