SUBANG-Setiap tanggal 22 Oktober, kini dikenal sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan ini, merujuk kepada “Resolusi Jihad” oleh Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari yang berisi fatwa kewajiban berjihad untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pada 22 Oktober 1945. Kemudian, pada tahun 2015, Presiden Joko Widodo melalui keputusan Presiden nomor 22 tahun 2015 menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional.
Pada momen tersebut, Pasundan Ekspres berkunjung ke Pesantren Pagelaran III, yang berada di Kecamatan Cisalak. Pesantren tersebut, dikenal sebagai Pesantren yang cukup lama dan memiliki historis kuat ketokohan pendirinya yaitu KH Muhyiddin sebagai pendiri Ponpes Pagelaran. Kemudian dilanjutkan KH Oom Abdul Qoyum untuk Ponpes Pagelaran III dan Sekarang dipimpin oleh KH Arie Gifary dan saudara-saudarinya.
Berdiri sejak tahun 1962, Ponpes Pagelaran sudah melahirkan ribuan alumni ke berbagai pelosok Indonesia dan sebagian dari mereka menjadi para pemimpin nasional, termasuk Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (Kang Emil).
Baca Juga:Kepala SMKN 2 Subang Unjuk Program UnggulanTBC Penyakit Menular Bukan Keturunan, Bisa Disembuhkan dengan Pengobatan Rutin
Selain pernah menimba ilmu di Ponpes Pagelaran III, Gubernur Jawa Barat juga merupakan Cucu dari KH. Muhyiddin sedangkan pengasuh dan pimpinan Pesantren Pagelaran III saat ini, KH Arie Gifari adalah merupakan sepupu dari kang Emil.
Menurut KH Arie Gifary yang juga hari ini menjabat sebagai Ketua Forum Pemberdayaan Pesantren dan Umat (FPPU) Provinsi Jawa Barat dan Wakil Ketua DKM Pusdai Jawa Barat, Pesantren, Kyai dan Santri itu menjadi kekuatan yang luar biasa dalam membangun, memerdekaan bangsa dan melawan penjajahan.
“Pesantren itu berdiri sebelum bangsa ini berdiri, ratusan tahun yang lalu, sudah menghasilkan generasi-generasi hebat. Jadi, memang tidak bisa dipisahkan antara bangsa Indonesia dengan santri dan kyai,” kata Arie Gifary
Menurut Arie, pesantren sudah meluluskan masyarakat Indonesia yang berkualitas, berakhlak dan tidak bisa dipisahkan dari pembangunan itu sendiri. Bahkan, para pendiri bangsa adalah orang-orang hebat yang didalamnya ada kyai-kyai yang menjadi pokok.
“Dari keterlibatan santri, keterlibatan kyai dan pesantren yang memang sudah dirasakan, pemerintah juga harus melirik. Memang zaman dulu pesantren suka agak didiskriminasi karena memang politik juga mungkin. Dari pimpinanya dari lingkunganya, zaman-zaman dulu, zaman orde baru, pesantren masih dipandang sebelah mata,” kata Arie Gifary.