“Sejarah mencacat, orang Jawa Barat baru bisa mengisi posisi orang nomor dua atau posisi Wakil Presiden Yaitu, Bapak Umar Wirahadikusumah yang berasal dari Kabupaten Sumedang, sebagai wakil dari Presiden Soeharto,” kata Aa.
Kemudian, ada KH. Ma’ruf Amin yang notabene berdarah Sunda keturunan Banten (Sunda) sebagai Wakil dari Presiden Joko Widodo.
“Tidak bisa dipungkiri sentimen kedaerahan ini masih mempengaruhi. Jika kita perhatikan kenapa Ganjar Pranowo yang notabene berasal dari Jawa masih kuat bertengger di posisi teratas dalam Bursa Capres. Hal ini dipengaruhi karena adanya sentimen kedaerahan di mana populasi suku Jawa tersebar di hampir seluruh Nusantara,” ujarnya.
Baca Juga:The Moon is Beautiful Isn’t it Meaning Maksudnya Apa? Ini Artinya Lengkap JawabannyaCara Download Stiker WA Tanpa Aplikasi, Online yang Keren dan Gratis!!
Sejarah mencatat, seluruh Presiden RI dari sejak Soekarno hingga Joko Widodo notabene berasal dari Jawa, terkecuali B.J. Habibie yang berasal dari Sulawesi. Yakni, dari posisi Wapres menjadi Presiden karena amanat konstitusi menggantikan Soeharto yang memutuskan berhenti dari jabatan Presiden.
“Menurut hemat saya, sentimen kedaerahan ini bisa terkikis dengan sendirinya karena bangsa Indonesia sudah mulai berpikir dinamis dan terbuka, selain itu ada faktor pembantu lainnya yaitu issue issue pemersatu bangsa,” ujarnya.
Jauh, lanjutnya di atas sentimen kedaerahan tentunya adalah sentimen nasionalisme atau kebhinekaan.
“Beruntungnya, Kang Emil sejauh ini tidak terlalu kental menampilkan ke-Sunda-annya. Setidaknya dari segi atribut, ia justru lebih sering tampil nasionalis dengan berpeci bahkan bergaya modern. Faktor ini lah yang menyebabkan Gen Z terafiliasi ke Ridwan Kamil,” ucapnya.
Namun itu saja tidak cukup,
Kang Emil harus menyiapkan terobosan program yang bersifat revolusioner dalam sejarah ketatanegaraan Indonesia.
“Saya menilai selama ini ada mata rantai yang putus hingga pemerintahan republik ini cenderung membangun tanpa berdasarkan data yang real di lapangan,” kata Aa.
Misal saja ketika merilis angka kemiskinan sering ditemukan perbedaan yang signifikan dengan kenyataan di lapangan. Salah satu sebabnya adalah hierarki komando kepresidenan tidak sampai ke akar rumput dalam hal ini ke tingkat RW dan RT.
Baca Juga:Catatan Harian Dahlan Iskan: Bawang Yawuyoko5 Rekomendasi Film Anime Romantis Terbaik, Bikin Baper!
“Sementara yang hafal persis keadaan rakyat secara Real Time di bawah itu para RT dan RW. Maka, solusinya adalah posisikan para RT dan RW langsung di bawah komando presiden,” ujarnya.