Kang Emil sewaktu menjabat Wali Kota Bandung berhasil menciptakan perangkat komunikasi command centre untuk memonitor keadaan warga dan lingkungan Kota Bandung.
Selanjutnya di level kepresidenan nanti, konsepsi command centre ini bisa lebih disempurnakan, di mana Presiden bisa berkomunikasi langsung dan mendapat laporan keadaan rakyat di seluruh Nusantara dari para RT dan RW secara Real Time.
Dengan demikian seluruh proses Pembangunan Republik ini betul betul berdasarkan data yang real. Baik itu tentang status kesehatan, pendidikan, perekonomian, lapangan kerja, dan beragam dimensi hajat hidup rakyat dan keadaan alam Indonesia yang detik per detik terlaporkan secara akurat dan faktual.
Baca Juga:The Moon is Beautiful Isn’t it Meaning Maksudnya Apa? Ini Artinya Lengkap JawabannyaCara Download Stiker WA Tanpa Aplikasi, Online yang Keren dan Gratis!!
“Ini lah yang sejatinya disebut sebagai big data. Untuk meningkatkan militansi para RT dan RW dalam melaporkan keadaan warga dan lingkungannya maka Presiden harus merevolusi nasib / derajat mereka,” ucapnya.
Dari semula yang biasanya posisi RT dan RW ini diasumsikan sebagai profesi pengabdian dengan tunjangan honor yang relatif sangat minim dibanding gaji seorang staf ASN yang berkantor Senin hingga Jumat dengan jam kerja yang normal. Sementara para RT dan RW ini bekerja melayani masyarakat hampir 24 jam dan tidak mengenal hari libur.
Untuk itu para RT dan RW ini patut diseimbangkan antara hak dan kewajibannya agar mereka bisa optimal berpatroli memeriksa keadaan warga dan lingkungannya lalu melaporkannya kepada Presiden.
Ini memang sesuatu yang mungkin di anggap mustahil, tapi justru di situlah nilai REVOLUSI nya dan nilai Pemersatu nya, karena di seluruh pelosok busantara pasti ada pejabat RT
dan RW.
Ketika nasib mereka dimuliakan dan derajatnya dinaikkan, maka mereka tidak akan memperdulikan lagi Presiden nya dari Sunda atau dari Suku Apa pun.
“Jika Kang Emil masih belum paham konsepsi ini, mari kita berdiskusi sambil ngopi di darat,” kata Aa Komara.(add/sep)