Masalah kesejahteraan guru honorer perlu diperhatikan oleh pemerintah, karena kesejahteraan guru honorer menjadi masalah tersendiri yang dari dulu hingga sekarang masih menjadi problema yang tak kunjung usai. Apalagi dengan kebutuhan pokok yang semakin melambung tinggi serta harus menanggung beban keluarga sendiri. Oleh karena itu, sering kita jumpai ada guru yang harus banting setir mencari pekerjaan tambahan demi mencukupi kebutuhan hidup.
Oleh karena itu, perlu adanya solusi yang tepat untuk mengatasi masalah guru honorer terkait dengan kesejahteraan, salah satunya dengan pengangkatan guru honorer menjadi ASN. Akan tetapi, jumlah yang dibutuhkan tidak sebanding dengan jumlah guru honorer yang ada. Alhasil, tetap tak dapat mengurangi jumlah guru honorer di Indonesia.
Berdasarkan data Kemendikbudristek tahun 2020, jumlah guru honorer di sekolah negeri mencapai 742.459 orang. Jumlah guru honorer ini tentunya tidak bisa diabaikan begitu saja, maka perlu dilakukan solusi bagaimana cara untuk mengentaskan guru honorer dengan tidak menghapus tenaga honorer terlebih lagi untuk guru.
Baca Juga:Dispemdes Subang Klaim Anggaran Rp6 M untuk Pilkades SerentakAda Dugaan Monopoli Suplier Bansos, Ormas Rajawali Pusaka Nusantara melakukan aksi unjuk rasa
Jumlah yang begitu banyak terkait guru honorer di Indonesia, maka Kemendikbudristek Pak Nadiem Makarim memberikan salah satu solusi dengan pengangkatan guru honorer melalui retrutmen Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau PPPK, tentunya ini disambut antusias oleh para guru honorer di sekolah-sekolah, dimana mereka mendapatkan kesempatan untuk dapat menjadi guru yang memiliki status yang jelas dengan aturan yang jelas pula. Tentu tidak kalah penting dengan adanya PPPK ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para guru, sehingga kesejahjeraan hidup guru terjamin. Guru adalah manusia yang perlu dimanusiakan, apa yang diberikan ke guru mungkin tak sebanding dengan jerih payah pengorbanan serta pengabdiannya untuk bangsa ini. Jangan ada lagi Umar Bakri di negeri ini yang menggambarkan bagaimana guru yang nasibnya jauh dari kata sejahtera seperti zaman dulu kala.(hba/*)