Oleh: Cece Rahman
(Pegiat Lingkungan)
5 November yang merupakan hari cinta puspa dan satwa nasional adalah momentum kita sebagai manusia yang merupakan makhluk yang sempurna karena dilebihkan dalam kehidupan dengan diberikannya akal dan pikiran untuk menjaga dan memelihara alam semesta yang diamanatkan oleh sang maha pencipta Tuhan Yang Maha Pencipta.
Bukan hal yang berlebihan bila sebagai manusia yang menjadi khalifah di dunia ini melakukan upaya lebih dalam menjaga dan memelihara tumbuhan (puspa) dan hewan (satwa), bahkan itu adalah kewajiban yang diamanatkan.
Dengan berbagai keterbatasan dalam menjalani kehidupan sehari-hari seseorang dapat memanfaatkan dan memutar otak sehingga berinteraksi dengan alam yang didalamnya terdapat tumbuhan dan hewan dapat dibudidayakan dengan tujuan untuk persediaan bahan pangan dan untuk tetap hidup dialam bebas untuk terjaga keberlangsungan hidup dan keseimbangan alam.
Baca Juga:Cabor Catur Porprov Jabar Akan Digelar Besok, Diikuti Sebanyak 194 Atlet dari 24 Kabupaten Sambut Musim Tanam Padi, Desa Mekarwangi Gelar Ruwatan Bumi
Bisa kita rasakan ketika perlakuan manusia terhadap hewan yang merupakan hama bagi pembudidaya tumbuhan/tanaman bahan pokok pangan yang sangat ekstrim akan menyebabkan terputusnya rantai ekosistem dalam kehidupan, semisal dalam memperlakukan tikus dan pemangsa tikus di kebun dan di sawah dengan semena-mena, pasti akan terjadi hal yang tidak diinginkan seperti makin banyaknya jumlah tikus yang menjadi hama dan juga putusnya ekosistem akan terjadi ketidakseimbangan alam.
Di sinilah penting kiranya kita mengevaluasi dalam melakukan budidaya puspa dan satwa dengan ramah lingkungan atau lebih dikenal dengan pola pertanian organik, yang mana dalam memperlakukan hama yang merusak tanaman yang kita tanam dengan mengalihkan hama tersebut dengan cara diberikan makanan diluar lahan yang tempat budidaya. Sehingga tidak terjadi pembunuhan massal terhadap satwa yang berinteraksi dan saling berhubungan simbiosis mutualisme dialam alam bebas.
Perlakuan terhadap satwa yang dilindungi dengan kategori predator sekalipun kita mesti ramah ketiaka muncul ditengah-tengah kehidupan kita dengan menempatkanya di habitat semestinya. Bila perlu untuk menjaga dan melestarikan satwa yang dilindungi perlu adanya kajian teknis sehingga bisa didapatkan data dan informasi mengenai pola kehidupan satwa dilindungi tersebut termasuk rantai makanan dalam sebuah ekosistem daerah tertentu, seperti pegunungan, datatan rendah dan lautan.