Musim Hajatan, Perajin Kutumayang Banjir Pesanan

Kutumayang
PENGRAJIN: Mih Yayah pengrajin Kutumayan atau Ranggining saat mengolah produksi makanan tradisional untuk kebutuhan hajatan dan perorangan. DADAN RAMDAN/PASUNDAN EKSPRES
0 Komentar

SUBANGSudah menjadi tradisi masyarakat umumnya, mengambil tanggal dan waktu untuk melangsungkan perhajatan, baik pernikahan, sunatan dan hajatan lainnya. Mengambil bulan bulan tertentu biasanya bulan Agustus hingga bulan berikutnya. Musim hajatan tersebut, membuat perajin Kutumayang atau Ranggining sebagian menyebutnya, makanan olahan tradisional.yang mesti ada dalam setiap perhajatan.

Salahsatu pengrajin Kutumayang itu Mih Yayah asal Kampung Bendungan Desa Bendungan Kecamatan Pagaden Barat, saat musim hajatan lalu hingga bulan November ini kerap menerima pesanan dari warga sekitar Pagaden Barat dan Kecamatan Cikaum.

Menurut Mih Yayah, cara membuat Kutumayang ini cukup mudah. Berbahan baku tepung beras, garam dan pewarna makanan. Kemudian disatukan menjadi sebuah adonan kutu mayang, lalu adonan itu dimasukam ke dalam cetakan.

Baca Juga:Optimalkan Bank Sampah dengan TPS 3RKGV3 Kosambi Luncurkan Active Park Ruang Terbuka Aktif dan Kreatif

Selanjutnya dikukus hingga matang, sesudah matang lalu dijemur menggunakan anyaman bambu hingga kering. Kemudian digoreng hingga matang dan renyah, lalu pendinginan dan dimasukan ke dalam sebuah plastik besar ukuran isi 100 biji dan 200 biji dan siap diambil oleh sang pemesan.

“Kalau pesanan sedikit, kita kerjakan berdua sama adik saya. Tapi kalau pesanan lagi banyak, kita tambah tenaga kerja dari para tetangga dekat, dengan upah Rp 20.000 per orang,” kata Mih Yayah.

Kekuatan produksi satu hari sekitar 500 biji per hari, sudah cukup untuk dua atau tiga orang pesanan.

Soal harga dijamin terjangkau dan murah. “Harga Kutumayang Rp50.000 per100 biji, cukup terjangkau untuk semua kalangan, makanan sehat tanpa bahan pengawet,” katanya. (dan/vry)

0 Komentar