Kementerian Pertanian Targetkan 1.000 Hektare Lahan Sorgum di Kolaka

Kementan Masifkan Penggunaan Pupuk Organik, Alternatif Tingkatkan Produktivitas
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
0 Komentar

JAKARTA– Pemerintah melalui Kementerian Pertanian menargetkan penambahan lahan sorgum di wilayah Kolaka, Sulawesi Tenggara. Jika semula hanya ratusan hektare (ha), tahun 2023 ditargetkan menjadi 1.000 ha. Pemerintah optimistis target dapat dicapai.

Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, Suwandi, menjelaskan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menargetkan luas lahan untuk menanam sorgum di Indonesia, khususnya bagian timur, dapat ditingkatkan. Ia dan Syahrul sudah berkunjung ke Kolaka.

Tahun 2021, lahan sorgum di Kolaka hanya 30 ha. Tahun ini meningkat menjadi 140 ha. “Tahun depan, target kami bisa 1.000 ha,” kata Suwandi dalam webinar “Cerdas Memilih Varietas Sorgum”, Senin (7/11).

Baca Juga:5 Rekomendasi Game Mabar yang Makin Awesome Pakai Samsung Galaxy A33 5GMain Tenang dan Sabar, Cabor Karate Cimahi Optimis Sabet 2 Medali Emas

Pada kesempatan yang sama, Manajer Proyek Nasional, Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup, Kementerian Keuangan Sudaryanto mengungkapkan, Indonesia masih mungkin mengembangkan tanaman sorgum. Ini karena dukungan luasnya lahan yang dapat dimanfaatkan untuk menanam sorgum.

Diungkapkan Sudaryanto, luas daratan di Indonesia kurang lebih 191 juta ha. Dari jumlah itu, 15,9 juta ha di antaranya berpotensi untuk lahan pertanian. Sisanya, kurang lebih 144,5 juta ha, merupakan lahan kering.

“Tanaman yang cocok di lahan kering itu sorgum,” kata Sudaryanto.

Sorgum, jelas dia, merupakan tanaman tipe 4c. Yaitu tanaman yang mempunyai perakaran dangkal, kebutuhan air cukup rendah, cepat tumbuh, dan masa panen pendek. Dalam waktu 3-4 bulan sudah bisa dipanen.

“Tapi kita mesti lihat lagi, apakah sisa lahan kering itu memang dapat dijadikan lahan sorgum semua atau tidak,” kata Sudaryanto.

Suwandi menyampaikan pesan penting Menteri Syahrul Yasin Limpo terkait pengembangan sorgum. Semua pihak terkait, kata dia, harus mempersiapkan industri hilirnya, dan jaminan ketersediaan pasar.

“Minimal kami bantu alat penyosoh. Petani jangan ditinggal sendiri, jangan sampai petani kecewa. Pasar harus ada,” kata Suwandi.

0 Komentar