Bahkan, penggiat pertanian ini juga tak tabu mengedukasi dan masuk ke keluarga preman menyuarakan gerakan gemar menanam. “Saya bilang ke mereka, kalian sah-sah saja mau nyalo atau bekerja di jalanan. Akan tetapi, saya ajak agar meluangkan waktu untuk ke kebun. Dan, alhamdulillah mereka mau,” ucapnya bersyukur.
Sebagai pembanding prospek usaha di sektor industri dengan pertanian, Felix mengilustrasikan. Ada lahan tanah seluas 200 meter dan ditanami cabai rawit dengan investasi awal Rp2 juta.
Dari 200 meter itu, lanjutnya, ditanami 400 pohon dengan asumsi satu pohon menghasilkan tiga kilogram cabai rawit. Adapun harga cabai rawit di pasar Purwakarta mencapai Rp60 ribu per kilogram. “Kita jual Rp20 ribu saja ke pedagang, bayangkan berapa keuntungan yang diraih setiap kali panen. Sedangkan di sektor industri, UMK hanya di kisaran Rp4 juta saja,” katanya.
Baca Juga:Membangun Karakter Pelajar dari P4 sampai P5Kabupaten Purwakarta Paling Inovatif dalam Upaya Penurunan Stunting Terintegrasi
Felix kini tergabung ke dalam Pemuda Kreatif Mandiri (PKM) Kabupaten Purwakarta. PKM terlahir dari “rahim” sekelompok pemuda dengan beragam latar belakang profesi bahkan di antaranya bertato seperti Felix.
Untuk diketahui, PKM ini dibina oleh Wawan yang kerap dipanggil guru oleh anggotanya. Wawan sendiri diketahui bekerja di Dinas Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Purwakarta.
Dikonfirmasi terkait PKM, Wawan menyebutkan jika PKM merupakan wujud dari keinginan kuat para pemuda yang kerap nongkrong. “Saya pun mentrasfer keilmuan bidang pertanian kepada mereka. Alhamdulillah responsnya positif,” ujarnya.
Menurutnya dari PKM jugalah kini terlahir banyak pemuda menjadi petani millenial yang tertarik menanam. “Anggota PKM ini membuka lahan yang tadinya tidak produktif atau lahan tidur milik pemerintah menjadi lahan produktif,” ucapnya.
Untuk permodalannya, kata Wawan, secara swadaya atau mandiri. Polanya ada yang sewa lahan dan juga bagi hasil. Sedangkan tanaman yang dikelola berupa hortikultura, sayuran dan umbi-umbian dengan metode perpaduan pupuk organik dan anorganik.
Ke depan, Wawan berharap seluruh anggotanya menjadi pelaku tani yang mengedukasi masyarakat. Terlebih, dirinya mendengar dalam waktu dekat Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) akan masuk ke tiap-tiap kecamatan di Purwakarta. “Ada harapan PKM bisa bersinergi dengan HKTI, salah satunya membuka jalur distribusi penjualan hasil pertanian PKM dan menjadikan PKM sebagai konsultan pertanian,” ujarnya.(add/sep)