oleh :
1.Yulia Enshanty, S.Pd (Guru Geografi SMA di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
2.Drs.H.Priyono,MSi ( Dosen pada Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta )
Pembelajaran adalah sebuah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Lingkungan belajar dalam pendidikan formal adalah sekolah.
Kegiatan pembelajaran yang berlangsung di sekolah, terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan keterampilam serta pembentukan sikap dan karakter pada peserta didik yang tentunya tidak lepas dari peran guru sebagai pendidik. Kegiatan belajar di sekolah merupakan aktivitas multidimensi yang melibatkan beberapa sisi manusia dan mengembangkan banyak dimensi. Belajar pada dasarnya bukan hanya sekedar aktivitas membangun pengetahuan, namun didalamnya juga melibatkan sisi emosional yang cukup menenntukan keberhasilan belajar. Emosi yang positif akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran dengan baik. Emosi positif ini akan tercipta apabila hubungan antara guru dengan murid, dan murid dengan murid adalah hubungan yang memanusiakan.
Baca Juga:Telkomsel Gelar Poin Festival 2022, Hadirkan Pengalaman Program Loyalitas Bernilai Tambah Bagi Pelanggan di Penghujung Tahun Kado Akhir Tahun Perumdam Karawang Pertahankan Top Digital Awards 2022
Memanusiakan hubungan adalah memandang murid sesuai dengan fitrahnya. Fitrah anak yang sedang tumbuh dan berkembang adalah memerlukan perlakuan yang baik agar dapat berkembang dengan baik dan optimal. Memanusiakan hubungan dengan murid diibaratkan menanam sebatang pohon.
Perlakuan yang baik, akar pohon akan dapat tumbuh dengan kuat dan mampu menopang pertumbuhan batang. Selain itu, memanusiakan hubungan juga dapat menumbuhkan batang yang kokoh. Batang yang kokoh merupakan tempat bertautnya dahan, daun, bunga, dan buah-buahan. Batang merupakan perumpamaan bagi kompetensi dan karakter yang dibangun guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Ketika kita memanusiakan hubungan dengan anak didik, sebenarnya kita sedang membangun pondasi yang kokoh untuk menumbuhkan kompetensi dan karakter yang kuat pada anak didik.
Tanpa adanya hubungan yang memanusiakan dalam kegiatan pembelajaran, pendidikan diibaratkan hanya akan menciptakan robot yang dapat mematikan potensi manusia dan fitrahnya sebagai mahluk sosial yang berkarakter.
Pengembangan karakter sendiri tidak memiliki kurikulum khusus dalam pendidikan dan pembelajaran di sekolah. Untuk mencapai hal tersebut, guru harus mampu memadukan penanaman pendidikan karakter positif berupa pembiasaan-pembiasaan yang berhubungan dengan budaya yang berkembang di masyarakat dengan kegiatan pembelajaran di sekolah, hal yang dapat membantu anak dalam mengembangkan karakternya ketika di sekolah yaitu dengan memanusiakan hubungan.