Pojokan 132, Arunika

Pojokan (foto: Kang Marbawi)
Pojokan,(foto: Kang Marbawi)
0 Komentar

Pojokan 132, Arunika

Tak beda, sebenarnya.

Sejak diciptakan, matahari selalu taat dan patuh pada tugasnya. Tak pernah protes, apalagi mangkir dari panggilan darmanya.

Terbit di ufuk timur dan parkir di ufuk barat.

Begitu dan begitu entah sampai kapan. Rutinas sang Baskara ini menginspirasi beberapa orang iseng, menjadi quote.

Coba saja quote seperti ini;

“Dalam hidup ini, jadilah seperti matahari, kamu mungkin terbenam, namun besok kamu akan terbit kembali. Bangkit dan bersinar lagi!”

Atau yang seperti ini;

Baca Juga:Asal Usul Nama Kota Subang, Lengkap Sejarah Singkat Kabupaten Subang! Klik di SiniSidang Gugatan Cerai Bupati Purwakarta, Ambu Anne Ditunda, Hakim Terkesan Masuk Angin!

“Selama matahari terbit kehidupan seseorang masih bisa berubah jauh lebih baik.”

Dan masih banyak lagi.

Pembaca pun mungkin pernah merasai sebagai seorang bijak. Menjambret kata “matahari” untuk menghibur diri dan orang lain dalam untaian petuah.

Entah menjiplak atau made in sendiri.

Namanya tak hanya dibajak sebagai pokok dari para bijak bestari. Atau ditodong dalam syair-syair puisi atau lagu.

Sepertinya, diksi matahari menjadi penting sebagai perwakilan atau mewakili dari keadaan yang kuat dan selalu menyinari.

Termasuk digondol untuk nama anak-anak manusia, logo, nama produk, astronomi, bahkan menjadi “Dewa Matari” pada kepercayaan tertentu.

Mentari tak pernah protes, walau tak dapat royalti.

Patokan waktu yang mendompleng pada ritus sang matari itu, diabadikan oleh setiap kebudayaan dalam penanggalan waktu.

Sebut saja Dinasti Xiang (1600-1046 SM) yang memulai kalender waktu di kebudayaan Bangsa China.

Baca Juga:Alice in Borderland Season 2 Sub Indo Sudah Ada? Free Link Klik di SiniDownload Carx Street Android di Mediafire Ada? Klik Link Lengkap di Sini

Atau Julius Caesar yang setuju untuk menambahkan 67 hari pada tahun 45 SM, sehingga tahun 46 SM dimulai pada 1 Januari.

Untuk menghormati Dewa Janus -dewa permulaan, maka orang-orang Romawi mengadakan perayaan setiap tanggal 31 Desember tengah malam untuk menyambut 1 Januari.

Perayaan itu disebut Nowruz. Nowruz atau perayaan tahun baru. Nowruz berasal dari salah satu bahasa kuno Persia yang artinya “hari baru”.

0 Komentar