Nah saya ini termasuk orang yang gampang tercengang.
Ketercengangan biasanya di dasarkan pada ketaktahuan informasi dan kurangnya pengalaman (wawasan) akan sesuatu.
Sehingga melahirkan kekaguman dan mengikuti secara tidak sadar pada apa yang membuatnya tercengang.
Kekaguman yang bisa jadi timbul dari penilaian rasa subjective bahwa yang dilihat atau dibaca itu dianggap benar.
Sehingga nalarnya kosong.
Baca Juga:Trailer Takdir Cinta yang Kupilih Tadi Malam Full Episode dan Hari Ini Episode 136 KAMIS 05 Januari 2023Penetapan Tarif Tenaga Listrik Tahun 2023, PLN Dorong Ekonomi dengan Listrik Andal
Pojokan 133, KTP Netizen
Tak mau berpikir panjang dan tak merenungi lagi apa yang dilihatnya.
Itulah yang kadang saya temukan ketika membaca berbagai postingan di media sosial (medsos).
Khususnya whatsapp group (WAG) yang saya ikuti.
Kebetulan saya hanya tahu dan punya satu medsos, yaitu whatsapp.
Saudara kandung whatsapp lainnya saya tidak punya.
Ketercengangan sambil menggeleng-gelengkan kepala, seolah tak percaya pada isi postingan dan komentar dari semua warga WAG.
Warga medsos yang dijuluki natizen ini, seolah hakim dan sekaligus aktor dari berbagai postingan.
Ketertegunan itu muncul karena membaca berbagai postingan yang tendensius dan tak tahu apakah isi postingan tersebut benar atau tidak.
Pun tak jelas siapa yang memproduksi.
Asal comot nama yang juga tak jelas, postingan itu mengembara ke ribuan WAG.
Walau ada postingan yang menarik, bagus, memotivasi dan asyik-lucu.
Lebih ganjil lagi, karena yang memposting atau yang merepost tak pernah melakukan klarifikasi atau sekedar mencari tahu kebenaran dari isi postingan tendensius tersebut.
Baca Juga:Stumble Guys Play Store Kitka Games, Lengkap Free Link Download untuk iOS, PC, MOD APK 2023Tersedak saat Minum Pertanda Apa? Benarkah ada yang Merindu? Mitos atau Fakta? Cek di Sini
Percis seperti orang melamun, kosong pikirannya.Tak tahu yang dipostingannya itu benar atau tidak, berdampak atau tidak.
Yang menuntun jarinya untuk merepost adalah adiksi “up to date” atau isi postingan sesuai dengan lamunan kebenarannya.
Padahal bisa jadi, postingan apapun itu adalah isu yang dibingkai, diamplifikasi dan sengaja disebarluaskan di berbagai platform medsos, untuk tujuan tertentu.
Memanfaatkan pikiran kosong dan kecendrungan pengguna medsos.
Maka Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi netizen (penduduk) di dunia maya adalah analog
“ Kamu adalah apa yang Kamu share”. (Kang Marbawi, 050123)