Pojokan 135, Tirai

Pojokan 135 Tirai, foto: Kang Marbawi
Pojokan 135 Tirai, foto: Kang Marbawi
0 Komentar

Doa itu dipanjatkan untuk egoise dan hasrat ambisi. Bukan untuk Tuhan Yang Kuasa, wahai!.

Untung Tuhan Maha kasih sayang kepada kita.

Memberi dan mendengar tanpa kata. Kata yang digunakan untuk meminta.

Meminta pada apa yang menjadi dorongan hati.

Bukan pada deburan ombak barokah Maha Memberi.

Pada samudera Rahmah Sang Khalik.

“Meskipun Kami Miskin dan Papa”, aku juga adalah makhluk-Mu.

“Meskipun Kami tak becus bermunajat”, aku tak ingin terlewat. Pada anugerah-Mu, pada Kemaharajaan-Mu. Pada Kursi-Mu yang tak pantas ku sematkan. Pada ayat-Mu yang tak kuasa kubaca selalu. Pada pilihan-Mu yang tak kupahami.

Seperti juga redup rembulan yang merindukan malam lengang.

Untuk bergembira pada relung jiwa setiap makhluk.

Sebab mata hanya menjadi perantara nilai keindahan dan mengalirkan rasa bahagia. Juga mendorong gairah.

Baca Juga:28 Rekomendasi Tempat Kopi di Subang Lengkap Tempat Makan Hits Kekinian, Nongkrong sama Pasangan Juga Oke NihSinetron Takdir Cinta yang Kupilih Hari Ini 154, Full Episode Jumat 20 Januari 2023, Lengkap Episode Tadi Malam 153

Telinga yang mendengar yang tak terucap. Melarungkan kata yang terucap, tak membekas.

Pada hidung yang membaui residu jiwa dan pikiran. Yang tak berkutik dan menuruti.

Seperti kulit yang merespon dinginnya malam atau segala yang berasa.

Atau lidah yang kelu pada kenikmatan dan kuasa.

Aku adalah Soekram yang juga ingin menentu. Pada taqdir yang belum hadir.

Walau sang pengarang telah merancang.

Aku ingin mengikuti yang telah ditaqdirkan walau tak paham dimana taqdirku.

Menerima kemurahan-Mu adalah ketenangan. (Kang Marbawi, 200123)

 

0 Komentar