“Induknya pun sudah tidak terlihat karena habitatnya di hutan bambu sudah ditebang habis,” sambung Inong dalam keterangannya lewat telpon.
Inong khawatir jika anakan kucing hutan yang belum bisa mandiri ini dikembalikan lagi di hutan yang sudah rusak dan tidak bertemu dengan induknya. Bisa kembali ditangkap warga atau mati karena tidak diasuh oleh induknya.
Kucing Congkok merupakan salah satu karnivora kecil yang menghuni Pegunungan Sanggabuana. Kucing hutan ini juga bisa ditemui di Asia Tengah, Asia Tenggara, dan Asia Timur. Motif rambut Kucing Hutan mirip dengan macan tutul, dan merupakan kucing hutan terkecil dibanding dengan jenis kucing hutan lainnya.
Baca Juga:DPRD Karawang Pertanyakan SLF Surya Cipta, Biaya Kepengurusan Terlalu MahalSinergi Badan Amil Zakat Nasional dan PUPR Tingkatkan Kualitas 25 Rutilahu
Sayangnya, kucing hutan ini sudah susah ditemui di alam karena masifnya perburuan untuk dipelihara sebagai hewan peliharaan. Dibanding di habitat aslinya di hutan, kucing hutan kadangkala lebih mudah ditemui di marketplace. Selain perburuan liar, alih fungsi lahan hutan dan rusaknya habitat menjadi penyebab menurunnya populasi kucing hutan di alam.
Dalam The International Union for Conservation of Nature’s (IUCN) Red List kucing hutan masuk dalam kategori Least Concern (LC) atau resiko rendah. Sedangkan dalam Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES) kucing yang sering dikira anak macan ini masuk dalam kategori Appendiks II, yang artinya masuk dalam daftar spesies yang tidak terancam kepunahan, namun mungkin terancam jika perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.