SUBANG-Pasca Kabupaten Garut menetapkan Kejadian Luar Biasa (KLB) wabah difteri, Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mengimbau agar masyarakat waspada dengan penyakit mematikan tersebut. Pasalnya, penyakit difteri di Kabupaten Subang, pernah diidap oleh warga Desa Tanjung Tiga Kecamatan Blanakan pada tahun 2017 lalu.
“Kita mengimbau agar masyarakat waspada terhadap penyakit difteri,” ujar Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten, Subang dr Noni.
Menurutnya, difteri jangan dianggap remeh. Bakteri yang menyerang tenggorokan dan membuat penderitanya batuk, susah menelan, tubuh menjadi panas dan daya tahan tubuh berkurang.
Baca Juga:Forum Pemekaran Pantura Subang Ancam Demo DPRD, Desak Paripurna SKB PemekaranDP2KBP3A Subang Dorong Kepolisian Tangkap Pelaku Penyiksa Anak Tiri
“Jangan dianggap remeh. Bila masyarakat mengalami susah menelan, batuk yang lama, segera ke puskemas agar bisa terdeteksi,” katanya.
Noni mengaku, pihaknya sudah berkordinasi dengan puskesmas di Kabupaten Subang, agar segera melapor jika ada ditemukan indikasi penyakit difteri di Subang.
“Saat ini belum ada dan mudah-mudahan tidak ada,” harapanya.
Kepala Puskesmas Sukarahayu Kecamatan Subang, dr Sugito mengatakan, perharinya masyarakat yang mendatangi fasilitas kesehatan di Sukarahayu mencapai 200-350 orang, dengan dominasi keluhan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA).
“Akbat faktor cuaca batuk, pilek, diare. Kalau untuk difteri belum ada,” katanya.
Difteri disebabkan oleh Bakteri Corynbacterium, yang bisa menyebar kan melalui partikel udara, benda pribadi, hingga peralatan rumah tangga yang sudah terkontaminasi.
Ketua Tim Kerja Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan Jawa Barat, Dewi Ambarwati mengatakan, sebanyak tujuh warga Garut meninggal dunia karena difteri. Diketahui saat uji lab di Labkesda Jawabarat, dan hasilnya positif.(ygo/vry)