Kode Etik dan Sosial Antara Indonesia dan Jepang

Model Belajar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Ninuk Dyah Ekowati, M.Pd.(Guru di SMAK St. Hendrikus, Surabaya)
0 Komentar

Peranan masyarakat dalam mendidik kode etik dan sosial sangat efektif dalam masyarakat. Masyarakat memberikan proses pembelajaran  nilai-nilai penting dalam kesetaraan dan hidup bersama di awal tahun kehidupan.

Sementara itu, kode etik dan sosial juga disampaikan melalui keluarga.
Keluarga adalah unsur penting dalam menanamkan budaya Jepang. Keluarga adalah bagian penting dalam mengasuh anak. Hubungan ibu dan anak adalah hubungan yang protektif. Di Jepang terdapat aturan, bahwa orang tua Jepang terutama para ibu disarankan untuk menghabiskan banyak waktu bersama anak, bahkan diberi subsidi oleh pemerintah bagi seorang ibu yang tidak bekerja atau tunjangan untuk ibu yang berada di rumah merawat anaknya.
Hal ini memberi akibat positif bagi perkembangan mental dan emosional anak. Orangtua Jepang selain memberikan kehangatan dalam pengasuhan anak, nilai-nilai disiplin tetap diterapkan saat anak berbuat sesuatu yang buruk. Nilai-nilai posisif selalu diinternalisasikan sepanjang waktu dan anak-anak diajari untuk memahami dan memproses emosi anak belajar untuk hidup berdampingan di masyarakat dan siap untuk hidup di masyarakat.

Guru di Jepang cenderung mengikuti pendapat Dewey. Dewey, tokoh kunci yang menelurkan gagasan tentang pentingnya dibuat hubungan yang erat, antara pelajaran yang diajarkan di sekolah dengan kehidupan di masyarakat. Konsep yang terkenal adalah “seikatsu-ka” atau “”living environmental study” atau pembelajaran tentang lingkungan hidup dan “sougou gakusyuu” atau  “integrated learning” atau pembelajaran terpadu di Jepang. Dua hal yang menjadi inti pendidikan ala Dewey adalah pendidikan yang berfokus pada minat anak-anak dan pentingnya belajar melalui pengalaman langsung. Pelajaran moral “doutoku” dan kurikulumnya secara spesifik  yang harus diajarkan, namun yang dimaksud definisi moral, baik-buruk, benar-salah, sama sekali tidak ada batasannya. Penekanannya lebih kepada nilai-nilai yang dianggap baik secara universal, seperti nilai-nilai kejujuran, kerja keras, menghormati hak orang lain, disiplin, rasa malu ketika tidak memenuhi kewajiban, dan sebagainya. Oleh karena itu, tanggung jawab moral terhadap masyarakat sangat besar. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat Jepang yang menjadi tersangka, akan  malu dan tersangka melakukan  tindakan bunuh diri. Berdasarkan penjelasan tersebut guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter masyarakat Jepang. Guru memberikan gambaran dan pembentukan kepribadian peserta didik.

0 Komentar