Kode Etik dan Sosial Antara Indonesia dan Jepang

Model Belajar dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Ninuk Dyah Ekowati, M.Pd.(Guru di SMAK St. Hendrikus, Surabaya)
0 Komentar

Oleh :

Ninuk Dyah Ekowati, M.Pd. (Guru di SMAK St. Hendrikus, Surabaya)

Kabar yang umum diketahui oleh masyarakat tentang respon tentang sebuah masalah. Respon tentang sebuah masalah dari pihak yang memiliki permasalahan khususnya yang berkaitan dengan hukum.  Respon perilaku dengan perubahan drastis jika menjadi tersangka sebuah masalah yang bersentuhan dengan hukum. Contohnya; dalam berita https://medan.tribunnews.com/2022/08/22 menyatakan bahwa kondisi kesehatan Putri Chandrawathi berubah buruk setelah menjadi tersangka. Demikian juga dengan kasus akhir-akhir ini yang dialami oleh Mario Dandy. Pada awalnya saat baru ditangkap masih bisa bersikap angkuh
dan berdiri tegap. Namun setelah ditetapkan menjadi tersangka maka mengalami stres dan syok. Stres dan syok karena tidak siap menghadapi dinginnya penjara. Stres dan syok karena biasanya hidup mewah. Peristiwa-peristiwa semacam ini menjadi pemandangan yang umum di Indonesia, tersangka sakit, stress sehingga dapat terhindar dari tuntutan atau keringanan hukuman yang berlaku.

Sementara itu, berbeda jauh kondisi ini dengan perubahan respon perilaku di Jepang bagi para tersangka. Kondisi terbalik terjadi di Jepang. Setelah seseorang menjadi tersangka, justeru akan menjadi malu dan bahkan kemungkinan besar melakukan  tindakan bunuh diri. Sebuah pertanyaan besar muncul, mengapa terjadi perbedaan respon perilaku yang besar bagi para tersangka pelanggar ketentuan hukum di Jepang dan Indonesia. Padahal Jepang dan Indonesia merupakan negara Asia yang penuh dengan adat-istiadat yang kuat.

Baca Juga:Sinergi Foundation Ajak Masyarakat Tingkatkan Kepedulian Melalui Program Ramadhan Berbagi Next LevelPLN Imbau Masyarakat Gunakan Listrik Aman

Di Indonesia, semua pola perilaku diatur oleh undang-undang. Di Jepang, selain diatur dengan peraturan, masyarakat Jepang juga diatur oleh etika dan kebiasaan. Masyarakat Jepang sangat menghargai yang tidak tertulis di belakang UU. Sementara, orang Indonesia merasa lebih menghargai jika telah diatur dalam peraturan atau UU.

Kode Etik dan Sosial di Jepang adalah sebuat konsep yang menekankan pentingnya menghormati budaya dan nilai-nilai Jepang. Kode etik dan sosial merupakan alat yang efektif untuk untuk membangun karakter masyarakat Jepang. Kode etik dan sosial terinternalisasi dalam darah masyarakat Jepang. Internalisasi tersebut menggambarkan tingkah laku masyarakat  untuk menghadapi masalah, dan tindakan dalam memberikan solusi yang dianggap tepat. Contoh kode etik dan sosial Jepang meliputi berbagai hal, mulai dari cara berpakaian, menghormati keluarga dan senior, berbicara dengan sopan, menggunakan bahasa Jepang ketika berkomunikasi dengan penduduk lokal, menghormati budaya dan nilai-nilai lokal, dan menghindari berlaku kasar atau menunjukkan emosi.

0 Komentar