PASUNDAN EKSPRES – Tanpa alas kaki, dengan telapak yang tebal dan kokoh, akibat terbiasa bekerja keras di sawah dan kebun,
Ono -petani kecil-sederhana juga teman kecil, duduk lesehan di teras rumah saya.
Dipagi hari itu, ketika dia mau menggembala tiga ekor kerbau -“ingon-ingon” kesayangannya, Ono punya kenangan pahit dengan ingon-ingonnya.
Baca Juga:Topik Pembicaraan WA Agar Tidak Bosan, Bikin Ngobrol Makin Seru!Hotel Dekat Alun Alun Bandung Murah, Lengkap 10 Hotel di Bandung Kota Harga Terjangkau
Dua kali dia kecolongan lima (5) ekor kerbaunya di dua massa -tahun 2010 dan 2020. Kami jarang bertemu.
Pertemuan tak sengaja tersebut menjadi ajang menumpahkan rasa kangen.
Cerita pun mengalir terantuk kenangan di masa kecil dan kehidupan sekarang.
Mulai soal “ingon-ingon” kerbau yang tak lagi menjadi “ternak” utama masyarakat. Tergantikan dengan “ingon-ingon” gadget, yang membutuhkan “pakan” quota dan charger listrik.
Jika ada dua itu, “peliharaan” jaman now itu membuat penggembalanya lupa diri, ingatan dan melahirkan bebal nurani.
Dan kini, hanya Ono yang masih “ngangon” kerbau.
Dulu jaman saya kecil, masih banyak yang punya “ingon-ingon” kerbau.
Saya pun sering kali ikut menggembala dan memandikan kerbau di sungai.
Lepas cerita ingon kerbaunya, Ono bercerita soal kehidupannya sebagai petani kecil yang hanya memiliki sepetak sawah.
Bukan cerita keluh kesah tentang pendapatannya.
Tapi justru rasa takjub plus syukur terhadap kehidupannya sendiri, yang menurutnya tak masuk kalkulasi matematika ekonomi kehidupan.
Baca Juga:Rp1,02 Triliun Dana Stimulan Masuk Rekening Korban Gempa CianjurCara Kocok Arisan Online Tanpa Aplikasi, dengan Cepat dan Aman
Pendapatan yang tak pasti, dengan tiga anak yang masih sekolah dan satu yang sudah mentas rumah tangga.
Ono menjalani kehidupannya dengan sederhana dan apa adanya, namun kewajiban untuk menghidupi, menafkahi dan membahagiakan keluarganya terpenuhi dengan cara sederhana.
Namun dengan catatan ada persyaratan yang harus dipenuhi. Ono pun tak mengerti, apakah soal “mahar” itu untuk apa dan apakah ada aturannya, Dia merasa bangga, anaknya diminta untuk menjadi salah satu punggawa desa membantu Pak Kuwu, walau harus pakai “mahar” tak berstempel. “Sudah dari dulu ada “begituannya”,” tutur Ono polos.