Thomas L Friedman menyebut The World is Flat, Dunia menjadi datar, ada dalam gengaman (gadget),
karena pengaruh global dan perkembangan teknologi informasi. Melahirkan boarder less, tanpa sekat geografis negara-bangsa.
Menyatukan bangsa dengan 1.340 suku bangsa dengan 700 bahasa tidaklah mudah.
Perlu perjuangan yang keras dan terus menerus untuk mengindonesiakan semua identitas yang majemuk tersebut.
Sehingga menjadi ketunggal-ikaan.
Dibutuhkan sebuah perekat yang mampu menyatukan1.340 etnik/suku tersebut.
Perekat yang memiliki nilai yang luhur.
Baca Juga:KKJ-PKJB 2023 Ridwan Kamil: Jawa Barat Negeri UMKMKembangkan Desa Wisata, Pemdakab Garut Gagas Konsep Inti Plasma Pariwisata
Dimana nilai atau core values tersebut diakui dan diyakini mampu menyatukan individualisme, tribe dalam sebuah kolektifitas kebangsaan.
Melahirkan mutual trust menjadi sebangsa, setanah air, Indonesia.
Dan core values yang bisa menyatukan keragaman tersebut adalah Pancasila.
Pancasila menyatukan multi etnik/cultur menjadi keindonesiaan tanpa mengubur identias etnik/culture.
Maka Mengindonesia, -meminjam teori Trikonnya Ki Hajar Dewantoro,
dibutuhkan proses Pendidikan yang kontinuitas atau kesinambungan untuk terus menguatkan Keindonesiaan.
Dengan core values bersama tersebut yaitu PANCASILA,
kita bisa menjadi dan menunjukkan bangsa yanag berdaulat dan bermartabat.
Yang menjadi ejawantah dan menyatukan keragaman identitas dalama kolektifitas bersama menjadi persatuan bangsa.
Pancasila lah yang mempertemukan perbedaan etnis dan Bahasa.
Pancasila menjadi kesepakatan atau traktak atau Piagam Agung Bangsa Indonesia.(Kang Marbawi)