KOTA BANDUNG – Di tengah gempuran budaya dan karakter tokoh pahlawan dari barat, Toto Hadiyanto masih kukuh mengukir kayu di rumahnya.
Tangannya teliti menciptakan karakter-karakter wayang golek mulai Pandawa Lima hingga Panakawan.
Toto menjadi salah satu perajin wayang golek yang masih tersisa di Kota Bandung.
Baca Juga:Bupati Garut Apresiasi Pelaksanaan Favorita Preanger Basketball LeagueHari Krida Pertanian ke-51, Peluang Kebangkitan Pertanian
Pria berusia 58 tahun itu menggeluti kerajinan wayang golek lebih dari 33 tahun yakni sejak tahun 1990. Setiap hari dia membuat wayang tersebut di rumahnya, di Kelurahan Karang Pawulang Kecamatan Mandalajati Kota Bandung.
“Saya belajar membuat wayang golek secara autodidak. Awalnya karena hobi terus cari kerja susah, akhirnya jadi perajin,” kata Toto saat ditemui di rumahnya, awal pekan ini.
Jenis wayang yang sering Hendra buat yaitu Pandawa Lima dan Panakawan. Menurutnya, kedua wayang tersebut paling diminati atau paling banyak dipesan oleh konsumen.
“Karakter Panakawan yaitu Semar, Cepot, Dawala, dan Gareng paling laku,” katanya.
Harga wayang golek yang Toto buat disesuaikan dengan ukuran. Ada 4 ukuran yang dibuatnya yakni ukuran 50 cm, 40 cm, 30 cm, dan 20 cm.
Toto menjual mulai dari Rp30.000 untuk ukuran paling kecil 20 cm. Sedangkan ukuran paling tinggi yaitu 50 cm dibanderol Rp200.000-300.000 untuk satu wayang.
Toto kerap menerima pesanan dari konsumen di luar ukuran, misal gantungan kunci atau untuk souvenir.
Baca Juga:Lomba Ngarajang, Jaga Tradisi Perajang TembakauPlh Wali Kota Bandung: Kepala OPD Wajib Beri Inovasi Berkelanjutan
Rata-rata dalam seminggu, ia bisa menyelesaikan 30 – 40 wayang. Dalam membuat wayang golek, ia dibantu sang istri yang bertugas membuat pakaian wayang.
“Setiap hari tidak tentu dan bagaimana pesanan juga. Paling tidak 30-40 per minggu ada untuk berbagai ukuran wayang golek,” ujarnya.
Ia mengatakan, wayang golek miliknya pernah dikirim ke luar kota seperti Cikarang, Banten dan Karawang, bahkan ke luar pulau Jawa.
“Tapi membuat wayang ini tidak setiap hari juga, kadang sepi. Banyaknya yang beli itu untuk galeri, sampai dari berbagai daerah datang untuk membeli,” ujar dia.
Kini, sang putra juga telah mengikuti jejaknya menjadi perajin Wayang Golek. Ia berharap semakin banyak perajin yang bermunculan, hal ini kata dia, untuk regenerasi yang baik.