PASUNDAN EKSPRES– Sebuah peristiwa tragis mengguncang warga Anjatan, Indramayu, Jawa Barat, ketika seorang ibu, N (40 tahun), tega membunuh anak kandungnya sendiri, Muhamad Rauf (13 tahun).
Lebih mengerikan lagi, jasad korban ditemukan dibuang ke Sungai Bugis di Anjatan, Indramayu.
Kepolisian dari Unit PPA Polda Jabar berhasil menginterogasi pelaku melalui video call di Mapolres Indramayu pada hari Kamis (5/10/2023).
Baca Juga:Upacara HUT TNI ke 78 di Kabupaten SubangTikTok Shop, Platform Jual-Beli Resmi Ditutup di Indonesia
Dari hasil interogasi tersebut, terungkap bahwa N mengakhiri nyawa Rauf karena emosi, korban terus merengek meminta hp (handphone), dan beberapa kali kedapatan mencuri hp milik pelaku.
Kejadian mengerikan ini terjadi di dalam rumah kakek korban.
N membenamkan Rauf dengan cara yang sangat keji, menggunakan sebuah boneka kecil untuk menyumpal mulut korban, mengikat tangan Rauf, serta memukul kepalanya ke dinding dan kusen.
N tak henti-hentinya melampiaskan amarahnya dengan menggunakan tongkat kayu, pipa paralon, dan sebilah bambu pagar.
Setelah korban Rauf tak berdaya, N menyeret tubuhnya ke belakang rumah, melintasi kebun dengan penuh penyiksaan.
Bahkan, saat Rauf masih hidup, N membawanya dengan sepeda motor untuk kemudian membuangnya ke Sungai Bugis di Anjatan, Indramayu.
Paman korban, W, serta kakek Rauf, dan tetangga pemilik motor yang dipinjam oleh pelaku, semuanya turut terlibat dalam kejadian tragis ini.
4 orang itu langsung ditangkap oleh polisi setelah proses interogasi. Tim INAFIS Polda Jabar saat ini sedang melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Baca Juga:Viral, Desta Disebut Gak Kaya Orang Islam oleh Anaknya Sendiri, Gara-gara IniResmi Beroperasi, Kereta Cepat Jakarta Bandung Diharapkan Bawa Banyak Wisatawan
Di TKP, tim forensik menemukan jejak kekejaman berupa bercak darah yang menghiasi sejumlah tempat, termasuk ruang tamu, pipa paralon.
Kemudian tongkat kayu, kusen, besi rel kereta berukuran 20cm, gergaji kayu, sebilah kayu yang diduga digunakan sebagai senjata, pecahan genting, dan satu bata merah.
Totalnya, terdapat 37 titik bercak darah yang tersebar di TKP, memberikan gambaran kekejaman yang terjadi.
Kejadian ini menjadi bukti kekejaman yang sulit dipahami, mengguncang seluruh masyarakat dan membangkitkan keprihatinan mendalam atas keamanan anak-anak di lingkungan keluarga.
Pihak berwenang akan melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkapkan motif sebenarnya di balik tindakan mengerikan ini.