PASUNDAN EKSPRES – Melibatkan investasi mencapai Rp112 triliun atau sekitar US$7,27 miliar, kereta cepat pertama di Indonesia yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, akhirnya resmi beroperasi setelah melewati berbagai penundaan.
Meskipun menjadi proyek kereta cepat pertama di Asia Tenggara, pembangunan proyek ini mengalami keterlambatan hingga tujuh tahun dari jadwal semula.
Pemerintah Indonesia memiliki rencana ambisius untuk memperpanjang rute kereta cepat ini hingga mencapai Surabaya, Jawa Timur.
Baca Juga:6 Manfaat Lidah Buaya untuk Kesehatan Kulit WajahKesiagaan PLN Sumsel-Jambi-Bengkulu Menghadapi Musim Hujan: Antisipasi Terhadap Dampak Cuaca Ekstrim
Namun, beberapa ahli menyarankan agar performa rute Jakarta-Bandung dievaluasi terlebih dahulu, mengingat beberapa isu seperti biaya yang melonjak dan dampak lingkungan yang mencakup banjir di Bekasi dan Bandung Barat, yang membuat sejumlah pihak menjadi skeptis terhadap kelangsungan proyek ini.
Tidak hanya itu, aksi protes pengemudi ojek daring pada 2019 terkait kemitraan dengan perusahaan aplikasi digital juga menjadi sorotan, bersama dengan kekhawatiran terkait aspek keuangan dan dampak lingkungan.
Sejumlah ahli berpendapat bahwa proyek ini harus melalui evaluasi menyeluruh sebelum melangkah lebih jauh.
Pemilihan rute perpanjangan ke Surabaya menjadi perhatian khusus, dengan pertimbangan terhadap potensi dampak ekonomi di wilayah yang dilalui.
Meski beberapa ahli mendukung peran kereta cepat sebagai solusi untuk mengatasi masalah perubahan iklim, mereka menegaskan pentingnya evaluasi mendalam sebelum memutuskan untuk memperpanjang rutenya.
Keprihatinan atas dampak lingkungan yang mungkin dihasilkan oleh proyek ini diungkapkan oleh ahli transportasi dan lingkungan.
Sebaliknya, beberapa pihak menekankan perlunya menemukan keseimbangan antara biaya investasi besar dan manfaat yang diperoleh.
Baca Juga:Seni dan Kesehatan dalam Setiap Tetes Kopi: Eksplorasi Ajaib Kopi 7 Elemen HNI!Mengatasi Picky Eater: Solusi untuk Tantangan Makan Anak
Fokus pada peningkatan sarana transportasi lain yang masih kurang baik juga dianggap krusial untuk mencegah terjadinya kesenjangan signifikan.
Dalam pandangan beberapa pakar, seperti Ikaputra dari Universitas Gadjah Mada, evaluasi mendalam terhadap proyek Jakarta-Bandung harus menjadi prioritas sebelum memutuskan perpanjangan rutenya.
Meskipun mengakui potensi positifnya, mereka menekankan perlunya memastikan bahwa proyek ini memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan tidak hanya menjadi beban keuangan negara.
Pandangan Menteri Perhubungan dan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menunjukkan kecenderungan untuk melanjutkan rute melalui Jawa bagian Selatan dengan singgah di beberapa kota strategis, seperti Kertajati, Yogyakarta, dan Solo.