"All Eyes on Papua" Menjadi Topik Hangat di Media Sosial, Apa Sebenarnya yang Terjadi?

\"All Eyes on Papua\" Menjadi Topik Hangat di Media Sosial, Apa Sebenarnya yang Terjadi?
\"All Eyes on Papua\" Menjadi Topik Hangat di Media Sosial, Apa Sebenarnya yang Terjadi?
0 Komentar

PASUNDAN EKSPRES – Dalam beberapa hari terakhir, gerakan All Eyes on Papua telah mencuri perhatian di media sosial, menggemakan seruan serupa dengan gerakan All Eyes on Rafah yang mendukung warga Palestina di tengah konflik.

Gerakan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran global terhadap isu-isu kritis yang dihadapi Papua, Indonesia, terutama terkait ancaman pembabatan hutan untuk perkebunan sawit.

 

“All Eyes on Papua” Menjadi Topik Hangat di Media Sosial, Apa Sebenarnya yang Terjadi?

Latar Belakang Gerakan

Gerakan ini bermula dari kekhawatiran masyarakat global terhadap rencana pembabatan hutan Papua seluas 36 ribu hektar, yang setara dengan separuh wilayah Jakarta.

Baca Juga:Meraih Berkah di 10 Hari Pertama Awal Dzulhijjah Ustadz Abdul Somad, Catat Tanggalnya disini!Sinopsis Monstrous Drama Korea Perpaduan Romansa dan Okultisme, Lengkap Dengan Link Nonton Gratis

Hutan ini akan dijadikan perkebunan sawit oleh perusahaan-perusahaan seperti PT Indo Asiana Lestari (PT IAL), PT Kartika Cipta Pratama, dan PT Megakarya Jaya Raja.

Pembabatan ini diperkirakan akan menghasilkan emisi 25 juta ton CO2, yang akan memberikan dampak signifikan terhadap lingkungan global.

 

Aksi Masyarakat Adat Papua

Masyarakat adat Papua, khususnya dari Suku Awyu dan Suku Moi, telah melakukan aksi damai di Jakarta pada Senin, 27 Mei 2024.

Mereka mengenakan baju adat sebagai simbol perjuangan mereka dalam mempertahankan hutan adat yang menjadi sumber penghidupan utama mereka.

Hendrikus Woro, perwakilan masyarakat adat Awyu, menekankan bahwa tindakan perusahaan sawit ini adalah pelanggaran hak asasi manusia yang merampas hak-hak mereka.

 

Aksi ini dilakukan di depan gedung Mahkamah Agung setelah gugatan mereka di pengadilan tingkat pertama dan kedua gagal.

Kini, harapan terakhir mereka terletak pada proses kasasi.

Dalam aksi ini, mereka menuntut pencabutan izin perkebunan sawit PT IAL melalui petisi di change.org yang diinisiasi oleh Yayasan Pusaka Bentala Rakyat sejak 2 Maret 2024.

 

Baca Juga:Inovasi Spacetop Laptop Masa Depan ini Tidak Memiliki LayarSpesifikasi dan kekurangan dari redmi 12

Dukungan dan Petisi

Petisi yang diinisiasi oleh Yayasan Pusaka Bentala Rakyat menyerukan kepada pemerintah untuk mencabut izin sawit PT Indo Asiana Lestari.

Greenpeace juga menyoroti bahwa selain kasus PT IAL, masyarakat Awyu juga mengajukan kasasi terhadap PT Kartika Cipta Pratama dan PT Megakarya Jaya Raja yang telah melakukan dan berencana untuk melakukan ekspansi di Boven Digoel.

0 Komentar