PASUNDAN EKSPRES – Meskipun menyumbang Rp600 triliun atau menjadi kontributor terbesar produk domestik regional bruto (PDRB) Jawa Barat, namun sektor pertanian masih menghadapi sejumlah tantangan serius.
Tantangan tersebut seputar kesenjangan ekonomi dan tingkat kesejahteraan petani dan buruh tani dengan kelompok masyarakat lainnya di luar pertanian.
Demikian salah satunya dikatakan Sekda Jabar Herman Suryatman saat Rapat Koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat (TPID) – Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Wilayah Jawa di Hotel Tentrem, Kota Semarang, Rabu (14/8/2024).
Baca Juga:Bey Machmudin Kukuhkan 52 Paskibraka Jabar 2024Ikuti Sidang Kabinet Paripurna Perdana di IKN, Menteri AHY Kagumi Kemegahan Istana Garuda
Herman mengakui indeks gini ratio Jabar mencapai 0,425 salah satu yang tertinggi di Indonesia, mencerminkan adanya kesenjangan ekonomi yang cukup signifikan.
“Kami menghadapi persoalan yang sangat krusial, indeks gini Jabar termasuk yang tertinggi di Indonesia. Artinya, kita harus mencari solusi agar yang mampu tidak semakin mampu sementara yang kurang mampu tidak semakin terpuruk,” ujar Herman Suryatman.
Tantangan lain, bagaimana mencegah kelompok petani terpapar pinjaman _online_ (pinjol) dengan bunga mencekik yang memberatkan beban hidup petani maupun buruh tani.
Herman mengungkap, statistik menunjukkan jumlah _outstanding loan_ pinjol di Jabar, baik legal maupun ilegal, mencapai hampir Rp16,5 triliun dengan sekitar 535.000 petani terpapar.
Tren saat ini ternyata perani mengandalkan pinjol untuk memenuhi kehidupan sehari – hari terutama sebelum masa panen. “Ini adalah situasi yang sangat memprihatinkan,” ungkapnya.
Untuk menjawab tantangan tersebut, Herman berharap Pemerintah Pusat melalui Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan melakukan intervensi agar menciptakan skema pinjaman mikro dan supermikro yang mudah diakses untuk kebutuhan hidup petani dan buruh tani.
“Jika masalah ini tidak segera ditangani maka potensi ledakan sosial sangat mungkin terjadi, mengingat indeks gini kita (Jabar) yang sudah berada pada level lampu kuning menuju merah,” ungkap Herman.
Baca Juga:Pemdaprov dan DPRD Jabar Sepakati Perubahan KUA – PPAS 2024COACHING MENTORING BPSDM, Sekda Jabar: ASN Dilatih untuk Hadirkan Kesejahteraan dan Kebahagiaan
Tantangan lain, kata Herman, pertanian Jabar harus dihadapkan pada alih fungsi lahan lahan pertanian dan anomali cuaca yang mengancam produktivitas padi. Pada 2024, Jabar sendiri menargetkan produksi 11 juta ton gabah kering giling (GKG) lebih tinggi dari tahun 2023 sebanyak 9,14 juta ton GKG.
Rakor TPIP – TPID seluruh Pulau Jawa digelar untuk mendorong kinerja ekonomi dengan daya tahan kuat guna mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional.