Mengencangkan Nafsiyah Kala Dilanda Wabah

0 Komentar

Oleh :Ammylia Rostikasari, S.S.

(Komunitas Penulis Bela Islam)

Corona mewabah, kebanyakan manusia menganggapnya sebagai masalah. Namun, oada hakikatnya setiap peristiwa yang melanda pasti mengandung hikmah. Di balik hikmah, pasti ada faedah.
Hadirnya Covid 19 tengah menguji setiap umat manusia. Menguji sabar, menuntut tegar dan tetap maksimal untuk berikhtiyar. Siapa yang senantiasa berbaik sangka dengan datangnya corona, maka dia hamba yang setia kepada Rabbnya.
Siapa saja yang mengeluh penuh peluh, bahkan mengumpat maka dipertanyakan apakah dia hamba yang taat?
Setiap ujian dan masalah Allah sertakan solusinya. Setiap kesulitan, Allah bersamai dengan kemudahan. Fainna ma’al ushri yushro. Innama’al ushri yushro. Allah sematkan lafadz ma’a (bersama) bukan ba’da (setelah). Karena solusinya bersamaan dengan ujian, bukan datang setelahnya. Hanya sebentar ujiannya, biidznillaah.
Penyikapan ujian tentulah ini yang menjadikan nilai seorang hamba berbeda di mata Sang Pencipta. Islam telah memberi tuntunan atas setiap ujian, cobaan, dan permasalahan dalam kehidupan, termasuk di dalamnya pandemi corona. Maka dijabarkan beberapa sikap yang mesti diteladani oleh hamba Allah Swt. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Pertama, yakin dan ikhlas. Sebagai hamba Allah Swt, sudah sewajibnya kita menghujamkan keyakinan di dalam hati bahwa setiap yang terjadi di muka bumi semua atas izin Allah Swt, tak terkecuali pandemi Covid 19.
“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa kecuali dengan izin Allah Swt (Q.S. Ath-Thagabun[64]: 11).
Kita langitkan doa. Kita maksimalkan iktiyar dan tawakal. Meyakini bahwa Allah tak sekali-kali hendak menzalimi hamba-Nya. Justru berbaik sangkalah, meyakini bahwa corona sebagai sarana untuk lebih mendekat erat kepada Sang Pencipta.
Kedua, muhasabah kaffah. Muhasabah atau menghisab diri, masyarakat juga negara. Memekakan rasa juga logika atas apa yang telah diucap, ditindak dan dijalankan. Barangkali selama ini diri ini, masyarakat juga negara ini masih sangat jauh dari Allah Swt. Masih belum berislam kaffah. Masih tak acuh atas firman Allah Swt. Maka sejenak kita rendahkan diri, mentadaburi kalam ilahi untuk dijadikan panduan hidup dalam diri, dalam skala masyarakat juga skala negeri.

0 Komentar