SUBANG-Banjir di Pamanukan diprediksi akan tetap terjadi dalam waktu tertentu di musim hujan. Penyebabnya pun dapat diprediksi karena berbagai faktor. Di antaranya faktor pemanasan global dan sedimentasi atau pendangkalan aliran sungai.
Hal itu diungkapkan oleh praktisi teknik sipil Kang DSF kepada Pasundan Ekspres, Selasa (9/2). Ia menjelaskan, Pamanukan diapit oleh dua sungai besar yaitu Sungai Cipunagara dan Ciasem. Pamanukan pun lokasinya tidak jauh dari laut utara Jawa. Sementara saat ini debit laut pun meningkat karena terjadi pemanasan global di kutub.
“Di laut terjadi kenaikan debit karena pemanasan global. Otomatis volume air laut meningkat. Ditambah sedimentasi sungai karena cuaca hujan tinggi. Makanya banjir tidak bisa dihindari, akan selalu ada dalam waktu tertentu. Hanya saja dapat dilihat dua hal, pertama dari sisi ketinggian banjir dan masa waktu banjir itu. Maka kita bisa cari solusi,” jelas pria yang enggan disebut namanya jelasnya itu.
Baca Juga:Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, Linda Megawati Ingatkan Warga Patuhi Protokol KesehatanIni Penilaian Mensos Tri Risma untuk Penanganan Banjir Pamanukan
Lalu bagaimana solusinya? Ia menyarankan Pemkab Subang bisa menghitung volume banjir dari luasan banjir di Pantura, ketinggian dan masa waktu banjir. Dari debit banjir bisa dilakukan pembuatan saluran retensi berupa pembuatan saluran retensi kolam penampungan. Bisa dihitung berapa saluran retensi yang dibutuhkan dengan kedalaman tertentu. “Tingga berkoordinasi dengan BBWS, Pemda yang menyediakan lahannya untuk dibangun kolam penampungan air,” ujarnya.
Selain itu, normalisasi bisa dilakukan di berbagai saluran sekunder. “Hal itu bisa mengurangi masa waktu banjir. Misal dari tiga hari banjir jadi satu hari. Jakarta saja akan selalu ada banjir, cuma Gubernur Anies saat ini misalnya sudah berhasil mempercepat masa waktu banjir,” paparnya.
Sementara Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (RK) saat berkunjung ke lokasi banjir Pamanukan mengungkapkan, keberadaan Bendungan Sadwarna bisa mengatasi banjir tahunan yang terjadi di Pamanukan. “Bendungan Sadawarna bisa menjadi solusi yang saat ini sedang dibangun sudah 50 persen. Sisanya kita dorong agar segera tuntas pembangunannya,” tandas RK.(red)