738 Warga Subang Mendertia Stunting

stunting di BP4D Subang.
Kepala Seksi Bina Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Asep Jumarna saat menghadiri rapat tentang stunting di BP4D Subang.
0 Komentar

SUBANG-Dampak pandemi Covid-19, banyak masyarakat Subang yang mulai dari kehilangan pekerjaan, sehingga tidak memiliki penghasilan. Hal tersebut, menyebabkan anak-anak tidak terperhatikan gizinya dan berakhir dengan Stunting atau pertumbuhan tinggi anak tidak sesuai dengan usia anak. Dinas Kesehatan Kabupaten Subang mencatat 738 warga Subang mengidap stunting akibat kekurangan gizi.

Warga Kalijati Enah Nurminah (36) mengatakan, pasca suaminya terkena PHK akibat pandemi Covid-19, keluarganya harus mengirit guna makanan sehari-hari dan tidak lagi memikirikan gizi. “Asal makan apa yang ada saja. Boro-boro mementingkan gizi, bisa makan saja sudah alhamdulillah di tengah pandemi ini,” ungkapnya.

Kepala Seksi Bina Kesehatan Masyarkat Dinas Kesehatan Kabupaten Subang, Asep Jumarna mengatakan, untuk stunting dimana usia anak tidak sesuai dengan tumbuh tinggi. Stunting yang terjadi di tengah pandemi Covid-19, terasa dampaknya. “Dinas Kesehatan melakukan imbauan kepada masyarakat Kabupaten Subang agar memperhatikan gizi bagi anak-anaknya,” katanya.

Baca Juga:Wakil Ketua DPRD Subang Pertanyakan Anggaran Pemeliharaan Truk SampahTahlilan jadi Klaster Baru, 59 Orang dari 15 KK Jalani Isolasi Mandiri di Jalancagak

Dari data yang ada terekap di Bulan januari – Desember tahun 2020, ada sebanyak 738 warga Kabupaten Subang yang mengidap stunting. Dinas Kesehatan mengimbau kepada masyarakat Subang agar terus melakukan pantuan gizi kepada anak-anaknya di tengah pandemi Covid-19 saat ini. “Data di kita tahun 2020 ini, ada 738 warga Subang yang mengidap stunting,” katanya.

Dijelaskan Asep, untuk penanganan dan pencegahan ada dua. Antara lain, intervensi spesifikasi yaitu pemberian makanan tambahan, mengontrol warga yang terkena stunting dan juga memberikan edukasi kepada orang tua. Hal tersebut dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Subang. Ada juga intervensi sensitif, yaitu semua dinas terkait dan juga masyarkat ikut andil didalamnya untuk pencegahan stunting. “Untuk Intervensi Spesifikasi rate-nya 30 persen, sedangkan Intervensi Sensitif rate-nya 70 persen. Artinya, keberhasilan untuk pencegahan dan penanggulangan bisa di lakukan jika bersama-sama,” paparnya.
Di tengah pandemi Covid, Asep menuturkan, banyak pekerja yang dirumahkan. Hal tersebut, pastinya berpengaruh terhadap perekonomian termaasuk pemberian gizi bagi anggota keluarga.

Itu ranah dari Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Subang, bagaimana upaya orang yang dirumahkan bisa bekerja kembali. Supaya nantinya, bisa menumbuhkembangkan perekonomian, hingga bisa memberikan gizi yang optimal. “Nah itu dia, semua lintas harus bersama-sama. Jadi bukan hanya Dinas Kesehatan saja,” tuturnya.(ygo/vry)

0 Komentar