Oleh: Wida Eliana
Ibu Rumah Tangga dan Member AMK
Sudah setahun pandemi menyertai. Dengan rasa was-was, dari hari ke hari pada awalnya berita yang menyiarkan kasus Covid-19 terbiasa diikuti. Lama tak kunjung kabar tersebut melegakan hati. Penambahan kasus korban terpapar virus corona sampai kematian akhirnya seolah menjadi berita biasa.
Namun baru-baru ini ada yang mengagetkan terkait pemberitaan penurunan jumlah kasus Covid-19 khususnya di daerah Kabupaten Bandung. Benarkah pemberitaan tersebut atau bagaimana? Mengingat fakta di lapangan, setiap harinya liang kubur khusus covid masih terus terisi, seperti yang terjadi di TPU Cikoneng Kecamatan Cileunyi. Jumlah korban meninggal terus bertambah, bahkan sekitar 122 lubang sudah terisi. Dilansir Portal Bandung Timur.
Ragu akan kebenaran berita menjadi wajar adanya. Apalagi Hal ini bukan yang pertamakalinya. Di awal merebaknya virus, para pemangku kebijakan meyakinkan masyarakat, bahwa Indonesia aman dari penyebaran virus. Nyatanya meluas tak terkendali.
Baca Juga:Jurus Jitu Memberantas MirasSeruan Benci Produk Luar Negeri: Retorika Politik Pemikat Hati Rakyat
Transparansi dalam pemberitaan sangatlah penting, sebab ketidakjelasan akan menghambat dalam penanganan. Kesimpang siuran berita mengakibatkan ketidakpercayaan masyarakat hingga mereka sulit diajak kerjasama mensukseskan berbagai program demi mempercepat penyelesaian.
Kalau sudah seperti ini, menegakkan kedisiplinan dan kepatuhan menjadi sulit terlaksana, berbagai pelanggaran mudah ditemukan. Selain itu memisahkan antara yang sehat dengan yang terinfeksi menjadi rumit. Berbagai program yang sudah digulirkan menjadi tidak efektif. Maka wajar negara lain sudah memasuki gelombang ke dua, sedangkan Indonesia gelombang pertama saja entah berakhir kapan.
Penanganan pandemi butuh keseriusan berbagai pihak, baik masyarakat maupun pemerintah. Transparansi data menjadi salah satu penunjang yang tidak boleh dianggap remeh. Berita yang sampai kepada masyarakat sepenuhnya berada di bawah tanggung-jawab pemerintah. Sudah semestinya berita yang akuratlah yang sampai ke tengah-tengah masyarakat, bukan yang membingungkan. Namun apa hendak dikata, di negara yang menerapkan kapitalisme sekular, masyarakat sudah terbiasa disuguhkan berita beragam. Betapa pemerintah tidak menunjukkan kesanggupannya untuk memilah dan memilih berita yang pantas sampai ke tengah-tengah masyarakat, malah menjadi bagian dari pelakunya.
Pencitraan, pujian yang begitu melekat di alam sekular, karena agama tidak dijadikan sebagai panduan, akhirnya berita dengan mudah dipelintir sesuai kepentingan. Ketidaksesuaian data antara pemerintah pusat dan daerah pun kerap terjadi. Lupa bahwa semua yang diperbuat termasuk dalam menyampaikan berita akan dimintai pertanggungjawabannya oleh Allah Swt. Sehingga kebenaran, ketelitian akan sangat diperhatikan.