Oleh: Irma Faryanti
Ibu Rumah Tangga & Member Akademi Menulis Kreatif
Tahun berganti namun pandemi seolah masih enggan pergi. Nyatanya virus yang mematikan itu masih terus membayangi. Satu per satu korban berjatuhan, hingga semakin menambah panjang deretan jumlah pesakitan. Berbagai upaya telah dilakukan mulai dari: PSBB, seruan untuk menjaga jarak, memakai masker, mencuci tangan bahkan vaksin pun telah mulai diberikan. Namun masih belum memberi perkembangan yang berarti, wabah seakan semakin menjadi-jadi.
Virus bermutasi, bukannya menghilang malah berbilang. Varian baru dari Corona telah ditemukan. Virus yang dikenal dengan Corona Inggris atau disebut virus Kent B 117 ini ditemukan pertama kali di Afrika Selatan, mulai muncul di Carolina Selatan dan Maryland. Bahkan sempat memicu lonjakan kasus di wilayah Amazon Brazil.
Baca Juga:Toleransi yang IntoleranKetimpangan Keadilan dalam Protokol Kesehatan
Kemunculan varian baru membuat khawatir para ilmuwan, pasalnya virus yang baru teridentifikasi lebih mudah menyebar, menular, menyebabkan lonjakan jumlah kasus dan bisa mengakibatkan meningkatnya tekanan pada sistem kesehatan yang telah kelebihan beban. Demikian sebagaimana diungkap Dr. Rochelle Walensky, direktur baru Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CNN Kamis, 11/2/2022)
Para ahli pun dilanda ketakutan jika virus yang bermutasi tersebut, dapat menyebabkan penyakit akan menjadi lebih parah hingga melampaui kemampuan tes untuk mendeteksi, bahkan vaksinasi pun tidak lagi bisa memberi perlindungan. Beberapa waktu lalu varian baru telah sampai ke Indonesia melalui perantaraan dua warga Karawang, Jawa Barat, yang menjadi tenaga kerja Indonesia.
Menanggapi kemunculan virus Corona jenis baru, Presiden RI Joko Widodo meminta masyarakat agar tidak khawatir, dengan alasan belum adanya penelitian bahwa varian baru lebih mematikan. Presiden juga mencoba membangun optimis di tengah masyarakat dengan menyatakan bahwa tingkat kasus positif Covid-19 di Indonesia telah menurun dan keaktifannya lebih rendah dibanding dunia. Tingkat kesembuhannya pun meningkat yaitu 86,18%, sementara di dunia angkanya berada pada angka 78,94%.
Bola panas terlanjur bergulir, sekeras apapun upaya yang dilakukan agar masyarakat tetap tenang ternyata tidak berjalan seperti yang diharapkan. Kekhawatiran sudah terlanjur mempengaruhi masyarakat, sekalipun telah dihimbau untuk tidak merasa takut yang berlebihan.