Oleh :
1.Yulia Enshanty, S.Pd (Guru Geografi SMAN 1 Warungkiara, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat)
2.Dra.Hj.Umrotun ,MSi( Dosen semi senior pada Fakultas Geografi UMS)
Akhir-akhir ini kata ghosting menjadi trending topik di media sosial. Kata ini populer setelah setelah beredar berita tentang kandasnya hubungan antara putra petinggi tanah airi dengan seorang wanita di negeri tetangga. Hubungan antara sang pria dengan wanita tersebut awalnya berjalan baik, namun belakangan sang pria menghilang tanpa jejak maupun kabar dan berita. Sebetulnya istilah ghosting bukanlah hal yang baru, kata ghosting sendiri sempat menjadi perbincangan sekitar tahun 2017, dimana pada pada saat itu fenomena kencan online tengah marak di kalangan masyarakat. Secara umum kata ghosting biasanya dipakai dalam hal yang berkaitan dengan hubungan asmara. Seorang penjual buah wanita yang sering menjajakan dagangannya dengan sepeda motor lusuh ke beberapa desa termasuk langganan saya, sempat curhat dia harus berjibaku bekerja karena menghidupi dua putrinya yang masih sekolah PAUD Aisyiyah, dan sempat curhat bahwa suaminya minggat tanpa kabar dengan menggandeng wanita idaman lain sehingga wanita ini kecewa dengan perilaku suaminya.. Ini mungkin bisa digolongkan ghosting.
Baca Juga:Food Estate, Kemandirian Bangsa dalam Pandangan IslamKKB Papua Beringas, Pemerintah harus Tegas
Sebagian kalangan mendefinisikan bahwa ghosting merujuk pada perilaku atau tindakan memutuskan komunikasi secara tiba-tiba dengan seseorang tanpa pemberitahuan atau penjelasan apapun kepada orang tersebut. Sementara itu menurut Oxford dictionary ghosting ialah praktik mengakhiri hubungan pribadi dengan seseorang secara tiba-tiba dan menghentikan komunikasi tanpa penjelasan. Dalam kalimat populernya ghosting banyak yang mengartikan dengan“ditinggal saat Anda sedang sayang-sayangnya”.
Dewasa ini, ghosting ternyata tidak hanya terjadi dalam hubungan asmara saja. Dalam dunia pendidikan yang sekarang ini masih diberlakukan kebijakan belajar daring, fenomena ghosting juga terjadi. Pandemi covid-19 telah banyak merubah tatanan sistem pendidikan, termasuk cara guru dalam mengajar. Pembelajaran daring mengharuskan siswa memiliki akses, berupa jaringan internet dan tentu saja ketersediaan smartphone. Tidak semua siswa, terutama dari kalangan menengah ke bawah yang mampu memenuhi hal tersebut, sehingga tidak jarang banyak siswa yang selama pembelajaran daring ghosting karena tidak memiliki akses untuk mengikuti kegiatan tersebut.