Impor Beras, Antara Benci dan Cinta

Impor Beras, Antara Benci dan Cinta
0 Komentar

Oleh: Nira Syamil

Ibu Rumah Tangga

Di tengah anjuran mencintai produk dalam negeri dan membenci produk impor pemerintah berencana mengimpor 1 juta ton beras. Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa impor dilakukan untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga beras. Impor tersebut adalah bagian dari penyediaan beras sebesar 1-1,5 juta ton oleh pemerintah. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyebutkan bahwa beras tersebut akan digunakan sebagai iron stock atau cadangan yang memang harus dipastikan selalu ada.(tempo.co, 5 Maret 2021)

Rencana itu menuai kontra dari banyak pihak. Kalangan pemerintah memperlihatkan beda pendapat mengenai rencana impor untuk menjaga cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog. Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menegaskan pentingnya impor beras karena stok beras di udang Bulog tidak mencukupi kebutuhan menjelang Idul Fitri. Sementara Kementan menyatakan bahwa akan ada tambahan dari panen raya sekitar Maret hingga April ini. Perkiraan produksi dalam negeri pada panen raya ini mencapai 17.511.596 ton. Mentan Syahrul Yasin Limpo memastikan bahwa stok beras hingga akhir Mei atau usai Idul Fitri masih dalam taraf aman. (cnbcindonesia.com, 19 Maret 2021). Pernyataan Mentan didukung oleh Bulog dan BPS. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengungkapkan bahwa Perum Bulog masih menyimpan ratusan ribu ton beras impor yang belum terpakai. Banyak di antaranya sudah turun mutu nyaris tak bisa dikonsumsi. Stok beras impor dari pengadaan tahun 2018 lalu sebanyak 1.785.450 ton beras, masih tersisa 275.811 ton beras belum tersalurkan. Dari jumlah tersebut, 106.642 ton di antaranya telah turun mutu.

Sementara Badan Pusat Statistik (BPS) menemukan pada 2019 dan 2020 masih terdapat surplus, karena pada 2018 Indonesia melakukan impor beras dalam jumlah besar. BPS juga memprediksi adanya panen yang melimpah di awal tahun 2021.( detik.com, 18 Maret 2021)

Baca Juga:“Basa-basi” Cinta Produk Dalam NegeriLebay Murahnya, Dapatkan Diskon hingga 90% dan Potongan Voucher di Shopee Murah Lebay!

Peneliti Indef Rusli Abdullah menyarankan pemerintah tidak melakukan impor beras di masa panen raya seperti sekarang ini. Impor beras dapat menjatuhkan harga gabah di kalangan petani. Santernya rencana impor juga dapat memicu pedagang besar atau tengkulak yang nakal dan memanfaatkan momentum isu impor ini untuk menekan petani melepas harga gabahnya serendah mungkin. Rusli menyebut, impor beras dapat menjatuhkan harga gabah petani lokal. Dengan harga gabah yang tertekan akan ada pihak yang meraih keuntungan lebih tinggi. Dalam kondisi seperti ini, para tengkulak dan konsumen akan mendapat untung besar. Tengkulak mendapat gabah dengan harga rendah, konsumen juga mendapat beras dengan harga murah di pasaran. Tetapi petani akan sangat merugi karena produksi yang besar, sementara harga jual gabah sangat rendah.

0 Komentar