Badan Dunia Tak Berkutik dalam Ancaman Veto
Sebagaimana diketahui, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai organisasi internasional dibentuk dengan tujuan untuk menjaga perdamaian dan kestabilan keamanan dunia. Namun nyatanya meski PBB mengetahui secara pasti telah terjadi kejahatan internasional yang dilakukan pemerintah China terhadap etnis muslim Uighur, pemerintah Burma (Myanmar) terhadap Rohingya, konflik di Suriah, Palestina, India, Rwanda serta Bosnia (1993), atau lainnya, badan dunia tersebut tak bisa melakukan tindakan tegas karena berbelitnya mekanisme pengambilan kebijakan.
Dewan Keamanan (DK) PBB misalnya yang secara langsung mendapat mandat Piagam PBB untuk melakukan aksi hingga memberi sanksi dalam konflik kemanusiaan, justru terjerat kepentingan nasional anggota tetapnya. Tim fakta dikerahkan, resolusi dibuat, tapi nihil realisasi. Kaum muslim tertindas tetaplah menderita tanpa perlindungan dunia.
DK PBB 2007 pernah membuat resolusi yang memutuskan perhatian khusus pada konflik di Rakhine (Myanmar) nyatanya gagal gara-gara tidak mendapatkan kesepakatan dari seluruh anggota DK PBB. China dan Rusia mem-veto, Afrika Selatan menolak, sedangkan Indonesia, Qatar, dan Republik Kongo abstain.
Baca Juga:Harga Cabai Semakin Pedas, Islam Punya SolusinyaJaminan Pendidikan Dalam Islam
Duta Besar China untuk PBB saat itu, Wang Guangya, menyatakan: “Permasalahan di Myanmar merupakan urusan internal dari sebuah negara yang berdaulat. Pemerintah (Myanmar) dan kelompok-kelompok yang berkonflik harus diberi ruang untuk melakukan usaha rekonsiliasinya sendiri.”
Kegagalan PBB untuk melindungi umat Islam bukanlah pertama kali. Berbagai pembantaian dengan umat Islam menjadi korban tidak bisa dilepaskan dari kebijakan PBB yang berada di bawah kendali Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Hingga saat ini pembantaian terhadap muslim terus berlangsung. PBB tidak bisa melakukan apa-apa. Bukan karena veto saja tapi juga karena egoisme AS yang menjadikan PBB sebagai alat untuk pengaman warganya (AS) bukan kaum muslimin.
Tak jauh berbeda dengan organisasi Islam semisal Organisasi Konferensi Islam (OKI). OKI yang diharapkan jadi angin segar di tengah gagalnya badan dunia memutus kejahatan atas kaum muslimin, tak berkutik dalam komando Amerika. Diperparah lagi konflik di tubuh OKIÂ yang meributkan nasionalisme telah mengalihkan tujuan OKI untuk menyelesaikan masalah kemanusiaan di Palestina, menghapus diskriminasi, melindungi tempat suci umat Islam dan kolonialisme.